Selasa, 21 Februari 2012

PERAN & FUNGSI PERAWAT

A. PENGERTIAN
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (perawat) sesuai kedudukannya dalam sistem dan untuk berproses dalam sistem
B. PERAN PERAWAT
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hak-hak pasien meliputi :
a. Hak atas pelayanan sebaik-baiknya
b. Hak atas informasi tentang penyakitnya
c. Hak atas privacy
d. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
e. Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.
6. Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
7. Sebagai pembaharu
Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

C. FUNGSI PERAWAT
Fungsi perawat (Kozier, 1991)
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemeberian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
Fungsi & Kompetensi Perawat (Lokakarya Nasional Keperawatan, 1983)
NO FUNGSI KOMPETENSI
1 Mengkaji kebutuhan klien, klg, klp, masy akan yankep & sumber, potensi yg ada - Mengumpulkan data
- Menganalisa & menginterpretasi data termasuk sumber yg tersedian & potensial diagnosa
2 Merencanakan tindakan & tujuan asuhan keperawatan - Mengembangkan rencana tindakan keperawatan u/ indiv, klg, klp, masy berdasar dx. keperawatan
3 Melaksanakan rencana keperawatan yg mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulian, pemeliharaan, perawatan keadaan terminal - Menggunakan & menerapkan konsep serta prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik
- Menerapkan keterampilan dasar :
Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual, Menggunakan konsep & prinsip ilmu, memenuhi Kebutuan nutrisi, eliminasi,oksigen, aktifitas istirahat, keselamatan keamanan
- Merawat klien dg gangguan fungsi tubuh :
- Sistem pernafasan, kardiovaskuler, persarafan, pencernaan, penginderaan, reproduksi, integumen, perkemihan, endokrin, muskuloskeletal
- Merawat klien dg masalah mental, pyk kandungan & kebidanan
- Merawat pada klien anak, klien usia lanjut, klien terminal
- Merawat dg sumber yg optimal
- Berperan dalam merumuskan kebijakan & program
- Merawat sesuai kewenangan, tanggung jawab & etika profesi
4 Mengevaluasi hasil askep - Menentukan kriteria yg dapat diukur
- Menilai pencapaian tujuan
- Mengidentifikasi perubahan2
5 Mendokumentasikan proses keperawatan - Mengevaluasi data masala klien
- Mencatat data secara sistematis
- Menggunakan catatan pasien u/ memantau kualitas askep
6 Mengidentifikasi hal yg perlu diteliti - Mengidentifikasi msalah penelitian
- Membuat usulan rencana penelitian
- Menerapkan hasil penelitian
7 Berpartisipasi melaksanakan penyuluhan - Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan
- Membuat ranccangan penyuluhan
- Melaksanakan penyuluhan kesehatan
- Mengevaluasi hasil penyuluhan
8 Bekerjasama dg tim kes lain dalam yankes - Berperan sebagai bagian dari tim
- Menciptakan komunikasi efektif
- Menyesuaikan diri dg konflik peran & kesulitan lingkungan
9 Mengelola perawatan & berperan sebagai tim - Menciptakan komunikasi efektif
- Mempelopori perubahan di lengkungannya
10 Mengelola pendidikan institusi pearawatan - Mengembangkan kurikulum
- Menyusun fasilitas pendidikan, kebijaksanaan institusi, uraian kerja karyawan, jadwal rotasi
- Menetapkan fasilitas PBM, dokumentasi pendidikan, program pengembangan staf, kepemimpinan
11 Berperan serta dalam merumuskan kebijaksanaan & perawatan kes primer - Mengkaji status, klp resiko
- Menyusun rencana keperawatan, meningkatkan jangkauan, pengguanaan sumber
- Melaksanakan askep, bekerjasama, mengelola kerjasama

Fungsi perawat (pk st. Carolus, 1983)
1. FUNGSI POKOK
Membantu individu, keluarga, masyarakat baik sakit maupun sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatn, kesembuhan, menghadapi kematian yang pada hakikatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila mereka memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan. Bantuan yang diberikan bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin
2. FUNGSI TAMBAHAN
membantu individu, klg, masy dalam melaksanakan pengobatan yg ditentukan oleh dokter
3. FUNGSI KOLABORATIF
Sebagai tim kesehatan, bekerjasama dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan yg mencakup pencegahan, peningkatan, penyembuan dan rehabilitasi



7 Fungsi Perawat (Phaneuf, 1972)
1. Fungsi dependent, malaksanakan instruksi dokter
2. Observasi gejala dan respon pasien yg berubungan dengan penyakit dan penyebabnya
3. Memantau pasien, menyusun dan memperbaiki rencana keperawatan secara terus menerus pada kondisi dan kemampuan pasien
4. Supervisi semua pihak yg ikut terlibat dalam perawatan pasien
5. Mecatat dan melaporkan keadaan pasien
6. Melaksanakan prosedur dan teknik keperawatan
7. Memberikan pengarahan dan penyuluhan u/ meningkatkan kesehatan fisik dan mental

D. UPAYA – UPAYA PEMBERIAN KENYAMANAN & KEPUASAN PASIEN
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko – sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.
Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu adalah
1. Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan sikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.
3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
6. Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
7. Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8. Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10. Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya
11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa puas klien.
12. Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau kurangnya kemampuan.
Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 : 80).

DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, Zaidin, (2002), Dasar-Dasar Keperawatan profesional, Widya Medika, Jakarta
2. Gaffar, La Ode Jumadi, (1999), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta
3. Kusnanto, (2004), Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan profesional, EGC, Jakarta
4. Perry, Potter, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1, EGC, Jakarta
PROSES KEPERAWATAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mempelajari bab ini peserta didik mampu:
1. Menjelaskan sejarah proses keperawatan dengan benar
2. Menjelaskan Pengertian proses keperawatan dengan benar
3. Menyebutkan Tujuan proses keperawatan dengan benar
4. Menyebutkan Sifat proses keperawatan dengan benar
5. Menyebutkan Karakteristik proses keperawatan dengan benar
6. Menyebutkan Fungsi proses keperawatan dengan benar
7. Menyebutkan Sasaran proses keperawatan dengan benar
8. Menyebutkan Keuntungan menggunakan proses keperawatan dengan benar
9. Membuat Proses keperawatan dengan benar


1. PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim keperawatan. Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda depan yang menghadapi masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus.
Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung-jawabkan (Prof. Elly Nurachmah, 2001).
Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sebagai konsumen masih tetap menjadi tolak ukur (“benchmark”) utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Miloney, 2001).
Para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut. Oleh karena itu industri jasa kesehatan menjadi semakin merasakan bahwa kualitas pelayanan merupakan upaya kompetentif dalam rangka mempertahankan eksistensi pelayanan tersebut.
Selayaknya industri jasa pelayanan menaruh perhatian besar dan menyadari bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan pula oleh kualitas berbagai komponen pelayanan termasuk keperawatan dan sumber daya manusianya.
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat Muslim pertama yaitu Siti Rufaida pada jaman Nabi Muhammad S.A.W selalu berusahan memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin.
Demikian pula Florence Nightingale pada tahun 1858, telah berupaya memperbaiki kondisi pelayanan keperawatan yang diberikan kepada serdadu pada perang Krimen. Dengan terjadinya perubahan diberbagai aspek kehidupan keperawatan pada saat ini telah berkembang menjadi suatu profesi yang memiliki keilmuan unik yang menghasilkan peningkatan minat dan perhatian diantara anggotanya dalam meningkatkan pelayanannya.
Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien.
Asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersepsikan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh para perawat dalam memperlihatkan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki oleh perawat dalam memperlihatkan haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta sesuai dengan standar dan etika profesi keperawatan yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, perawat dapat mendemonstrasikan tanggung gugat dan tanggung jawab pada klien, sehingga kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan.
Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan kepada klien, keluarga dan komunitas, serta merupakan metode yang efisien dalam membuat keputusan klinik, serta pemecahan masalah baik aktual maupun potensial dalam mempertahankan kesehatan.
2. SEJARAH PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut mengalami perkembangan :
1. Proses keperawatan pertama kali dijabarkan oleh Hall (1955)
2. Tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan
3. Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 tahap : observasi, bantuan pertolongan dan validasi.
4. Yura & Walsh (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi pertama proses keperawatan dipublikasikan.
5. Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger & Jauron (1975) dan Aspinall (1976) menambahkan tahap diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau menganalisis), decide (memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate (identik dengan evaluasi).
6. Dengan berkembangnya waktu, proses eperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik keperawatan. ANA (1973) menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam pengembangan Standart Praktik Keperawatan.
7. Tahun 1975 : diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatan setiap dua tahun di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini kemudian disebut dengan NANDA (North American Nursing Diagnoses Association) — dibahas lebih lanjut di BAB diagnosa keperawatan


3. PENGERTIAN
Banyak pakar telah merumuskan definisi dari proses keperawatan (Weitzel, Marriner, Murray, Yura, Herber, dll). Secara umum dapat dikatakan bahwa proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respn pasien terhadap penyakitnya (Tarwoto & Wartonah, 2004). Atau
Proses keperawatan adalah :
1. mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
2. Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum.
3. Merupakan pendekatan ilmiah
4. Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4. TUJUAN PROSES KEPERAWATAN
TUJUAN UMUM :
Memberikan suatu kerangka kerja berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat, sehingga kebutuhan perawatan kesehatan klien, keluarga dan masyarakat dapat terpenuhi.
TUJUAN KHUSUS :
1. Mempraktekkan metode pemecahan masalah dalam praktek keperawatan (problem solving)
2. Menggunakan standart dalam praktek keperawatan
3. Memperoleh metode yang baku, rasional dan sistematis
4. Meperoleh metode yang dapat digunakan dalam berbagai macam situasi
5. Memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi

5. SIFAT PROSES KEPERAWATAN
1. Dinamis.
Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/dimodifikasi, apabila situasi dan kondisi pasien berubah.
2. Siklik.
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari pengkajian sampai dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan pengkajian ulang (re-assessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.
3. Interdependent / saling ketergantungan.
Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat, sehingga kekurangan di salah satu tahap akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya.
4. Fleksibel atau luwes.
Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku, sehingga pendekatan yang digunakan dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien akan perawatan kesehatan. Fleksibel dapat juga berarti :
a. Bisa digunakan untuk pemecahan segala jenis masalah keperawatan
b. Dapat digunakan pada berbagai kondisi dan situasi klien
c. Dapat diterapkan untuk semua siklus kehidupan manusia, dari dalam kandungan sampai dengan meninggal dunia
d. Dapat diterapkan pada berbagai unit keperawatan, di rumah sakit, maupun untuk keluarga dan masyarakat.

6. KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN
1. Tujuan : proses keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meningatkan kualitas asuhan keperawatan
2. Sistematik : menggunakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk mencapai suatu tujuan — meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan pelayanan kesehatan / keperawatan
3. Dinamik : proses keperawatan ditujukan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan klien yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Proses keperawatan ditujukan pada suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi melalui hubungan antara perawat dan klien
4. Interaktif : dasar hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya
5. Fleksibel : dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun dan bisa digunakan secara berurutan
6. Teoritis : setiap langkah dalam proses keperawatan selalu didasarkan pada suatu ilmu yang luas, khususnya ilmu dan model keperawatan yang berlandaskan pada filosofi keperawatan dan ditekankan pada aspek : humanisti, holistik dan care.

7. FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
1. Sebagai kerangka berpikir untuk fungsi dan tanggung jawab keperawatan dalam ruang lingkup yang sangat luas
2. Sebagai alat untuk mengenal masalah klien, merencanakan secara sistematis, melaksanakan rencana dan menilai hasil.

8. SASARAN
Sasaran dalam proses keperawatan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah keperawatan, karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Dapat juga yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan faktor ketidaktahuan klien tentang perawatan diri atau karena kelemahan fisik, mental dan sosial.
Komponen yang terkait adalah :
1. Klien (individu, keluarga, masyarakat)
2. Provider atau pemberi pelayanan keperawatan
3. Anggota tim kesehatan lainnya.

9. KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN PROSES KEPERAWATAN
A. Bagi Pelayanan Kesehatan :
1. Pedoman yang sistematis bagi terselenggaranya pelayanan kesehatan
2. Sebagai alat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
B. Bagi Pelaksanan Keperawatan
1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
Bila semua kebutuhan klien dapat dipenuhi, tentu akan dapat mempercepat proses penyembuhan klien dan kepuasan bagi klien akan pelayanan keperawatan yang diberikan. Dengan demikian, mutu asuhan keperawatan akan meningkat.
2. Pengembangan ketrampilan intelektual dan teknis bagi tenaga pelaksana keperawatan.
3. Peningkatan citra keperawatan dan tenaga keperawatan.
Jalan yang paling tepat untuk meningkatkan citra keperawatan dan profesi keperawatan adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Kepuasan konsumen terhadap pelayanan keperawatan menunjukkan keyakinannya terhadap profesi keperawatan.
4. Meningkatkan peran dan fungsi perawatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
5. Pengakuan otonomi keperawatan oleh masyarakat dan profesi lain.
Profesi keperawatan memberikan kesempatan kepada tenaga keperawatan untuk melaksanaan otonomi profesinya, yang didasari oleh tanggung gugat dan tanggung jawab, penerapan etika profesi dan standart praktek keperawatan.
6. Peningkatan rasa solidaritas.
Kesamaan metode praktek keperawatan yang digunakan oleh semua tenaga keperawatan akan memperkuat persatuan serta menggambarkan otonomi dan identitas keperawatan.
7. Peningkatan kepuasan tenaga keperawatan.
Kepuasan konsumen terhadap pelayanan keperawatan dengan sendirinya akan menimbulkan kepuasan bagi tenaga perawatan.
8. Memupuk rasa percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan
9. Untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Proses keperawatan dapat mendukung dan memberi sumbangan dalam pengembangan penelitian ilmu keperawatan, sehingga dapat dikembangkan metode-metode yang baku dalam memberikan asuhan keperawatan.
C. Bagi Pasien :
1. Aspek keperawatan yang diterima bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
2. Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya (self care)
3. Kelanjutan asuhan
4. Terhindar dari mal-praktik

10. PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Doenges (2000) proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5 tahap yang spesifik :
1. Pengkajian adalah : pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
2. Identifikasi masalah/Diagnosa keperawatan adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan risiko tinggi.
3. Perencanaan adalah : proses dua bagian:
pertama : identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien.
kedua :pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
4. Implementasi adalah: melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.
5. Evaluasi adalah : menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinu.
A. Pengkajian
Menurut Rothrock(1987) pengkajian merupakan fase pertama proses keperawatan yang meliputi pengumpulan data dan organizing data.
Pengumpulan data adalah alat utama pengkajian awal pasien dan merupakan proses yang kontinu untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan.
Informasi aktual atau potensial dapat datang secara langsung dari pasien, keluarga atau teman, rekam medik, atau tenaga kesehatan lain.
Datanya subjektif ( apa yang dinyatakan pasien ), atau data objektif apa yang dilihat, didengar, dicium, atau disentuh oleh perawat).
Data diperoleh dengan:
1. wawancara
2. pemeriksaan fisik, atau dengan membaca laporan (hasil rontgen, pemeriksaan laborat, catatan perkembangan atau konsultasi).
Organisasi data adalah pengorganisasian dan pengolahan informasi penting Untuk membantu pengambilan keputusan yang efisien.

B. Diagnosa keperawatan NANDA
1. Definisi NANDA
Istilah diagnosa keperawatan digunakan sebagai verba dan nomina. Sebagai Nomina dalam kaitan dengan karya NANDA, yaitu sebuah label yang disetujui oleh NANDA yang mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang spesifik, merupakan masalah yang menggambarkan masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat: dapat berupa masalah fisik, sosiologis dan psikologis. Sebagai verba merupakan proses mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang spesifik digunakan dengan beberapa perawat sebagai tahapan kedua dari proses keperawatan. Menurut NANDA definisi diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenahi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial
(hasil konferensi NANDA ke 9 tahun 1990 cit Doenges 2000). Diagnosa keperawatan menjelaskan bagaimana keadaan klien pada saat ini dan mencerminkan perubahan-perubahan pada kondisi klien.
2. Tipe Diagnosa Keperawatan NANDA ada 3 yaitu:
1). Diagnosa keperawatan aktual adalah respon manusia saat ini terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik (tanda dan gejala) dan termasuk faktor yang berhubungan (etiologi) yang mempunyai konstribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
2). Diagnosa Keperawatan Resiko, adalah menunjukkan respon manusia yang dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi konstribusi pada peningkatan kerentanan.
3). Diagnosa Keperawatan Kesejahteraan, adalah menguraikan respon manusia terhadap tingkat kesehatan pada individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan lebih tinggi.
3. Komponen Pernyataan Diagnosa Keperawatan adalah:
1). Problem (masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA.
2). Faktor risiko / faktor yang berhubungan adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.
3). Definisi karakteristik (tanda dan gejala):
manifestasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
4. Pemberi Sifat untuk Label Diagnosa :
1). Akut : berat tetapi durasi singkat.
2). Perubahan : suatu perubahan dari dasar.
3). Kronik : bertahan dalam waktu lama, berulang, konstan.
4). Menurun : sedikit, kurang dalam ukuran jumlah, derajat.
5). Defisien : tidak adekuat dalam jumlah, ukuran, derajat, defektif, tidak cukup, tidak lengkap.
6). Deplesi : hilang sebagian ada keseluruhan atau habis.
7). Disfungsional: abnormal, fungsi tidak sempurna.
8). Gangguan : terganggu, terhenti, dipengaruhi
oleh.
9). Kelebihan : ditandai dengan jumlah atau kuantitas yang lebih besar dari yang diperlukan, yang diinginkan atau bermanfaat.
10). Meningkat : lebih besar dalam jumlah, ukuran dan derajat.
11). Kerusakan : membuat buruk, melemah, rusak,
menurun, memburuk.
12). Tidak efektif: tidak menghasilkan efek yang diharapkan.
13). Intermiten : berhenti dan mulai lagi pada
interval tertentu, periodik siklik.
14). Potensial terhadap peningkatan (untuk penggunaan diagnosa kesejahteraan ) :
peningkatan di definisikan sebagai membuat
lebih besar, meningkatkan kualitas, atau lebih dari yang diinginkan.
5. Keuntungan diagnosa keperawatan :
1). Memberikan bahasa yang umum bagi perawat.
2). Meningkatkan identifikasi tujuan informasi yang tepat dan tajam.
3). Dapat menciptakan standar untuk praktik keperawatan.
4). Memberikan dasar peningkatan kualitas.

C. Intervensi Keperawatan
a. NOC( Nursing Outcome Classification )
Menggambarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan (Johnson and mass 1997 cit www.minurse.org). NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Standar kriteria hasil pasien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan sebagai partisipan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain.
Klasifikasi berisi 190 kriteria hasil yang diberi label, definisi dan indikator atau ukuran untuk menentukan kriteria hasil yang diterima.
NOC melengkapi NIC taxonomi, NOC adalah hasil yang diharapkan setelah klien mendapat tindakan secara komprehensif dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarisasi.
Manfaat NOC dalam keperawatan menurut www.nursing.uiowa: adalah sebagai berikut :
1). memberikan label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang komprehensif. 2). Sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
3). Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat digunakan perawat-perawat dan disiplin ilmu lain.
4). Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan yang umum.
5). Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan informasi kuantitatif.
b. NIC (Nursing Intervention Classification ) Adalah suatu daftar lis intervensi diagnosa keperawatan yang menyeluruh dan dikelompokkan berdasarkan label yang mengurai pada aktifitas yang dibagi menjadi 7 bagian dan 30 kelas. Sistim yang digunakan dalam berbagai diagnosa keperawatan dan mengatur pelayanan kesehatan. Menurut IOWA (1996), NIC digunakan perawat pada semua spesialis dan semua area keperawatan.
1). Keuntungan NIC menurut McClokey and Bulecheck (1996) adalah sebagai berikut :
a). membantu menunjukkan aksi perawat dalam sistem pelayanan kesehatan.
b). Menstandarisasi dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk kurikulum dan praktik keperawatan.
c). Memudahkan memilih intervensi
keperawatan yang tepat.
d). Memudahkan komunikasi tentang perawat kepada perawat lain dan penyedia layanan kesehatan lain.
e). Membantu pendidik untuk mengembangkan kurikulum yang lebih baik dengan praktik klinis.
f). Memperbolehkan peneliti untuk menguji keefektifan dan biaya perawatan.
g). Memudahkan pengajaran pengambilan
keputusan klinis bagi perawat baru.
h). Membantu tenaga administrasi dalam perencanaan staf dan peralatan yang dibutuhkan lebih efektif.
i). Memudahkan perkembangan dan penggunaan sistem informasi perawat.
j). Mengkomunikasikan kealamiahan perawat kepada publik.
2). Kelebihan NIC menurut Mc Closkey and Bulecheck (1996) adalah :
a). Komprehensif.
b). Berdasarkan riset.
c). Dikembangkan lebih didasarkan pada praktek yang ada.
d). Mempunyai kemudahan untuk menggunakan struktur organisasi (Domain, kelas, intervensi, aktivitas).
e). Bahasa jelas dan penuh arti klinik.
f). Dikembangkan oleh tim riset yang besar dan bermacam-macam tim.
g). Menjadi dasar pengujian.
h). Dapat diakses melalui beberapa publikasi
i). Dapat dihubungkan Diagnosa Keperawatan NANDA
j). Dapat dikembangkan bersama NOC.
k). Dapat diakui dan diterima secara nasional.
D. Implementasi
Implementasi adalah adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy, 1995).
Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan yang kontinyu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Nanda, 2008,Panduan Diagnose Keperawatan,Prima medika.
2. Wilkinson, 2005, Pretice Hall Nursing Diagnose Handbook with NIC Interventions and NOC Outcomes, Eight Edition, United States of Amerika.
3. Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnose Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
4. Poter & Perry,2005, Fundamental of Nursing, EGC,Jakarta.














11. CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
STIKES HANG TUAH SURABAYA

Nama Mahasiswa :
Tgl/jam MRS :
Tgl/jam pengkajian :
No. RM :
Diagnosa medis :
Ruangan/kelas :
No. Kamar :

I. IDENTITAS
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Status :
5. Agama :
6. Suku/bangsa :
7. Bahasa :
8. Pendidikan :
9. Pekerjaan :
10. Alamat dan nomor telp :
11. Penanggung jawab : Askes / Astek / Jamsostek / sendiri
12.
II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

1. Keluhan utama : ........................................................................................................................
...................................................................................................................................................
2. Riwayat Penyakit Sekarang : ...................................................................................................................................................
Riwayat Penyakit Dahulu : ...................................................................................................................................................
Riwayat Kesehatan Keluarga :
.................................................................................................................................................
Susunan keluarga (genogram) :







3. Riwayat alergi : ............................................................................................................................
....................................................................................................................................................
III. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan (keyakinan terhadap kesehatan & sakitnya)
…………………………………………………………………………………………………



2. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kemampuan perawatan diri
Aktivitas SMRS MRS
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah

Skor Skor: 0 = mandiri 3 = dibantu orang lain & alat
1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu
2 = dibantu orang lain
Alat bantu : ( ) tidak ( ) Kruk ( ) Tongkat
( ) Pispot disamping tempat tidur ( ) Kursi roda
b. Kebersihan diri
Di rumah Di rumah sakit
Mandi : ...................x/hr Mandi : ...................x/hr
Gosok gigi : ...................x/hr Gosok gigi : ...................x/hr
Keramas : ...................x/mgg Keramas : ...................x/mgg
Potong kuku : ...................x/mgg Potong kuku : ...................x/mgg

c. Aktivitas sehari-hari : ...........................................................................................................................................
d. Rekreasi: ..........................................................................................................................................
e. Olahraga : ( ) tidak ( ) ya, .................................................................................................
3. Pola Istirahat dan Tidur
Di rumah Di rumah sakit
Waktu tidur : Siang ............ - .............. Waktu tidur : Siang ................... - ....................
Malam ......... - ............. Malam ................. - ....................
Jumlah jam tidur: ................................ Jumlah jam tidur : .............................................
Masalah di RS : ( ) tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi buruk
( ) insomnia ( ) Lainnya, ………………………………………………..
4. Pola Nutrisi – Metabolik
a. Pola Makan
Di rumah Di rumah sakit
Frekuensi : .................................. Frekuensi : .............................................................
Jenis : ….............................. Jenis : ….........................................................
Porsi : …………………….. Porsi : …………………….............................
Pantangan : …………………….. Diit khusus : ……………………………................
Makanan disukai : ……………………..
Nafsu makan di RS : ( ) normal ( ) bertambah ( ) berkurang
( ) mual ( ) muntah, ........................cc ( ) stomatitis
Kesulitan menelan : ( ) ya ( ) tidak
Gigi palsu : ( ) ya ( ) tidak
NG Tube : ( ) ya ( ) tidak
b. Pola Minum
Di rumah Di rumah sakit
Frekuensi : .................................. Frekuensi : .............................................................
Jenis : ….............................. Jenis : …........................................................
Jumlah : …………………….. Jumlah : ……………………............................
Pantangan : ……………………..
Minuman disukai : ………………….
5. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Di rumah Di rumah sakit
Frekuensi : .................................. Frekuensi : .......................................................
konsistensi : ….............................. konsistensi : …...................................................
warna : .................................. Warna : ( ) Kuning ( ) bercampur darah
( ) lainnya, .............………………..........
Masalah di RS : ( ) Konstipasi ( ) Diare ( ) inkontinen
Kolostomi : ( ) ya ( ) tidak
b. Buang Air Kecil
Di rumah Di rumah sakit
Frekuensi : .................................. Frekuensi : .......................................................
Jumlah : .................................. Jumlah : .......................................................
Warna : .................................. Warna : .......................................................
Masalah di RS : ( ) disuria ( ) nokturia ( ) hematuria
( ) retensi ( ) inkontinen
Alat bantu : ( ) tidak ( ) ya, kateter ...........................................................
produksi .....................................................cc/hari
4. Pola Kognitif Perseptual
Berbicara : ( ) normal ( ) gagap ( ) bicara tak jelas
( ) afasia ( ) blocking

Bahasa sehari-hari: ( ) Indonesia ( ) Jawa ( ) lainnya :…..............................

Kemampuan membaca : ( ) bisa ( ) tidak, ………….......................

Tingkat ansietas : ( ) ringan ( ) sedang ( ) berat ( ) panik
Sebab ....................................................................................................................
Kemampuan interaksi : ( ) sesuai ( ) tidak, ...................................................
Vertigo : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri : ( ) tidak ( ) ya
Bila ya ,
P = ..............................................................................................................................
Q =..............................................................................................................................
R =..............................................................................................................................
S =..............................................................................................................................
T =..............................................................................................................................

5. Pola Konsep Diri
………………………………………………………………………………………………..…
6. Pola Koping
Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri) :
…………………………………………………………………………………………………
Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya : ……………………………………..............................................................................................
Kemampuan adaptasi : ……………………………………………………………..........................................................
7. Pola Seksual – Reproduksi
Menstruasi terakhir : ……………………………………………………………...........................................................
Masalah menstruasi : ……………………………………………………………..........................................................
Pap Smear terakhir : ……………………………………………………………..........................................................
Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : ( ) ya ( ) tidak
Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : ……………………………….....................................................................................................
8. Pola Peran – Hubungan
Pekerjaan: ……………………………………………………………………............................................
Kualitas bekerja: ........................................................................................................................
Hubungan dengan orang lain : ………………………………………………….......................
Sistem pendukung : ( ) pasangan ( ) tetangga/teman ( ) tidak ada
( ) lainnya, ...................................................................................................
Masalah keluarga mengenai perawatan di RS : ....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
9. Pola Nilai – Kepercayaan
Agama : ....................................................................................................................................
Pelaksanaan ibadah : ...................................................................................................................................................
Pantangan agama : ( ) tidak ( ) ya, ...................................................................................................................................................
Meminta kunjungan Rohaniawan : ( )ya ( ) tidak
IV. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System)
1. Tanda-tanda vital
a. Suhu : ...................................oC
b. Nadi : ...................................x/menit
c. Tekanan darah : ................................... mmHg
d. Respiratory Rate : ...................................x/menit
e. Tinggi Badan : ...................................cm
f. Berat Badan : SMRS ………………Kg, MRS ........................Kg
2. Sistem pernafasan (Breath)
Inspeksi: .....................................................................................................................................................
Palpasi:
.....................................................................................................................................................
Perkusi :
......................................................................................................................................................
Auskultasi: ......................................................................................................................................................
3. Sistem Kardiovaskuler (Blood)

Inspeksi: .....................................................................................................................................................
Palpasi:
.....................................................................................................................................................
Perkusi :
......................................................................................................................................................
Auskultasi: ......................................................................................................................................................
4. Sistem Persarafan (Brain)
.....................................................................................................................................................
5. Sistem Perkemihan (Bladder)
.....................................................................................................................................................
6. Sistem Pencernaan (Bowel)

Inspeksi: .....................................................................................................................................................
Palpasi:
.....................................................................................................................................................

Perkusi :
......................................................................................................................................................
Auskultasi: ......................................................................................................................................................
Perkusi:
......................................................................................................................................................
Sistem Muskuloskeletal (Bone)
.....................................................................................................................................................
Sistem Integumen
.....................................................................................................................................................
7. Sistem Penginderaan
Mata :
.....................................................................................................................................................
Hidung:
.....................................................................................................................................................
Telinga: .....................................................................................................................................................
Sistem Reproduksi dan genetalia
.....................................................................................................................................................
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
.....................................................................................................................................................
2. Photo
.....................................................................................................................................................
3. lain-lain
.....................................................................................................................................................

VI. TERAPI
.....................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................................


Surabaya, ...........................................
Ka Tim


………………………………

















GANGGUAN PERNAFASAN
TGL DIAGNOSE TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif b/d
( )Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi
( )Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.
( )Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

Dimanifestasikan dengan:
( )Dispneu
( )Penurunan suara nafas
( )Orthopneu
( )Cyanosis
( )Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
( )Kesulitan berbicara
( )Batuk, tidak efektif atau tidak ada
( )Mata melebar
( )Produksi sputum
( )Gelisah
( )Perubahan frekuensi dan irama nafas NOC :
( )Respiratory status : Ventilation
( )Respiratory status : Airway patency
( )Aspiration Control

Kriteria Hasil :
( )Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
( )Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
( )Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas NIC : Airway suction
( )Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
( ) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
( )Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
( )Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
( )Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
( )Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
( )Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
( )Monitor status oksigen pasien
( )Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
( )Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
( )Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
( )Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
( )Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
( )Pasang mayo bila perlu
( )Lakukan fisioterapi dada jika perlu
( )Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
( )Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
( )Lakukan suction pada mayo
( )Berikan bronkodilator bila perlu
( )Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
( )Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
( )Monitor respirasi dan status O2
Pola Nafas tidak efektif b/d
( )Hiperventilasi
( )Deformitas tulang
( )Kelainan bentuk dinding dada
( )Penurunan energi/kelelahan
( )Perusakan/ pelemahan muskulo-skeletal
( )Posisi tubuh
( )Kelelahan otot pernafasan
( )Hipoventilasi sindrom
( )Nyeri
( )Kecemasan
( )Disfungsi Neuromuskuler
( )Kerusakan persepsi/kognitif
( )Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
( )Imaturitas Neurologis

Dimanifestasikan dengan:
- ( )Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
( )Penurunan pertukaran udara per menit
( )Menggunakan otot pernafasan tambahan
( )Nasal flaring
( )Dyspnea
( )Orthopnea
( )Perubahan penyimpangan dada
( )Nafas pendek
( )Assumption of 3-point position
( )Pernafasan pursed-lip
( )Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
( )Peningkatan diameter anterior-posterior
( )Pernafasan rata-rata/minimal
( )Bayi : < 25 atau > 60
( )Usia 1-4 : < 20 atau > 30
( )Usia 5-14 : < 14 atau > 25
( )Usia > 14 : < 11 atau > 24
( )Kedalaman pernafasan
 Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
 Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
( )Timing rasio
( )Penurunan kapasitas vital NOC :
( )Respiratory status : Ventilation
( )Respiratory status : Airway patency
( )Vital sign Status
Kriteria Hasil :
( )Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
( )Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
( )Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan) NIC :
Airway Management
( )Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
( )Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
( )Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
( )Pasang mayo bila perlu
( )Lakukan fisioterapi dada jika perlu
( )Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
( )Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
( )Lakukan suction pada mayo
( )Berikan bronkodilator bila perlu
( )Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
( )Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
( )Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
( )Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
( )Pertahankan jalan nafas yang paten
( )Atur peralatan oksigenasi
( )Monitor aliran oksigen
( )Pertahankan posisi pasien
( )Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
( )Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
( )Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
( )Catat adanya fluktuasi tekanan darah
( )Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
( )Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
( )Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
( )Monitor kualitas dari nadi
( )Monitor frekuensi dan irama pernapasan
( )Monitor suara paru
( )Monitor pola pernapasan abnormal
( )Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
( )Monitor sianosis perifer
( )Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
( )Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

Gangguan Pertukaran gas b/d ( )ketidak seimbangan perfusi ventilasi
( )perubahan membran kapiler-alveolar

Dimanifestasikan dengan: ( )Gangguan penglihatan ( )Penurunan CO2 ( )Takikardi ( )Hiperkapni ( )Keletih ( )somnolen ( )Iritabilita ( )Hypoxia ( )kebingungan ( )Dyspnoe ( )nasal faring ( )AGD No ( )sianosis ( )warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)

NOC :
( )Respiratory Status : Gas exchange
( )Respiratory Status : ventilation
( )Vital Sign Status

Kriteria Hasil :
( )Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
( )Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
( )Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) ( )Tanda tanda vital dalam rentang normal NIC :
Airway Management
( )Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
( )Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
( )Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
( )Pasang mayo bila perlu
( )Lakukan fisioterapi dada jika perlu
( )Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
( )Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
( )Lakukan suction pada mayo
( )Berika bronkodilator bial perlu
( )Barikan pelembab udara
( )Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
( )Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring
( )Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
( )Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
( )Monitor suara nafas, seperti dengkur
( )Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
( )Catat lokasi trakea
( )Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
( )Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
( )Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama ( )auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya






DAFTAR ISI

PROSES KEPERAWATAN............................................ ........................................... 1
1. Pendahuluan.......................................................................................................... 1
2. Sejarah Proses Keperawatan................................................................................. 3
3. Pengertian............................................................................................................. 3
4. Tujuan Proses Keperawatan.................................................................................. 4
5. Sifat Proses Keperawatan..................................................................................... 4
6. Karakteristiktik Proses Keperawatan.................................................................... 5
7. Fungsi Proses Keperawatan.................................................................................. 6
8. Sasaran................................................................................................................... 6
9. Keuntungan Menggunakan Proses Keperawatan.................................................. 6
10. Proses Asuhan Keperawatan................................................................................. 7
A.Pengkajian......................................................................................................... 8
B. Diagnose Keperawatan NANDA..................................................................... 9
C. Intervensi Keperawatan.................................................................................... 11
11. Contoh Asuhan Keperawatan................................................................................ 14

Selasa, 02 November 2010

DINAMIKA KELOMPOK

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
Setelah mempelajari bab ini peserta didik mampu:
1. Menjelaskan sejarah dinamika kelompok dengan tepat & benar
2. Menjelaskan definisi dinamika kelompok dengan tepat & benar
3. Menjelaskan fungsi dinamika kelompok dengan tepat & benar
4. Menjelaskan kelompok sosial dengan tepat & benar
5. Menjelaskan pertumbuhan & perkembangan kelompok dengan tepat & benar
6. Menyebutkan keunggulan dan kelemahan kelompok dengan tepat & benar
7. Menjelaskan pentingnya dinamika kelompok dalam keperawatan dengan tepat & benar
8. Menerapkan konsep dinamika kelompok dengan tepat & benar


1. SEJARAH DINAMIKA KELOMPOK
Sejarah munculnya dinamika kelompok dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing golongan. Pada masa ini ikatan persatuan dan interaksi sosial terjalin dengan kuat, sehingga masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil.

b. Zaman liberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menetukan individu lain dalam kehidupan. Kebebasan ini justru membawa malapetaka pada individu, karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan, sehingga mereka merasa tidak memiliki kepastian. Kondisi tersebut membuat individu merasa ketakutan, sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk untuk menghilangkan ketakutan dan memperoleh pedoman dalam menjalani hidup. Gagasan individu yang muncul pada saat itu adalah mengadakan perjanjian social antara sesamanya dan hal tersebut dirumuskan dalam Leviathan atau Negara yang diharapkan dapat menjamin hidup mereka.
c. Zaman ilmu jiwa bangsa-bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall memelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitive yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya. Penyelidikan dilakukan terhadap adat dan bahasa rakyat dan hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif. Hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesamaan psikologi, dan ini tercermin dalam tingkah laku. Terori ini berkembang, bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing-masing.

d. Zaman gerakan massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang diinginkan. Gerakan massa ini mendorong Gustave Le Bon melakukan penyelidikan secara intensif dan mendalam pada gerakan massa. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa dalam gerakan massa tiombul apa yang dinamakan sugesti, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dala setiap individu kehilangan control diri terhadap mereka. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, tentu massa tersebut mempunyai anggota, norma, pimpinan dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti bentuk suatu kelompok.

e. Zaman psikologi sosial
Penyelidikan terhadap massa memberikan motivasi kepada ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa, meskipun risikonya besar. Pada abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu. Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya. Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnyasejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial berarti membawa pula adanya kelompok.



f. Zaman dinamika kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidaritas dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya. Jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.

Status Dinamika Kelompok
Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok tidak lepas dari pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu. Berikut ini pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu:
a. Cabang sosiologi
Ahli sosiologi seperti Homans, Moreno, dan Mitschell berpendapat bahwa masalah kelompok/group dan struktur kelompok yang menjadi obyek dinamika kelompok merupakan sebagian bahan yang menjadi obyek sosiologi. Moreno berpendapat bahwa dalam suatu kelompok pasti terdapat social distance (jarak social) antara angota kelompok tersebut.

b. Cabang psikologi
Robert F. Bales memasukkan dinamika kelompok ke dalam cabang psikologi. Alasannya karena dalam dinamika kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri, tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok.

c. Cabang psikologi sosial
Para ahli psikologi sosial, seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa dinamika kelompok lebih ditekankan pada peninjauan psiokologi sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap masing-masing individu sebagai anggota kelompok. Hal ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik antar anggota dalam kehidupan berkelompok.

d. Bidang eksperimen
Di dalam buku Group Dynamic yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa dinamika kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung mengarah pada persoalan psikologi.

2. DEFINISI DINAMIKA KELOMPOK
Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok.
Pengertian dinamika
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.

Pengertian kelompok
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok:
a. Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
b. Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya
c. Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
d. Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok

Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Terdiri dari dua orang atau lebih
b. Berinteraksi satu sama lain
c. Saling membagi beberapa tujuan yang sama
d. Melihat dirinya sebagai suatu kelompok
Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Pengertian dinamika kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
d. Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.

3. PROSES DINAMIKA KELOMPOK
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”. Secara singkat proses dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:





Alasan pentingnya dinamika kelompok:
a. Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
b. Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
c. Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
d. Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif

4. PENDEKATAN-PENDEKATAN DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.
a. Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
a) Adanya stratifikasi kedudukan warga
b) Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain
c) Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar.


b. Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
c. Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan Scheidlinger)
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang satu dengan yang lain.
d. Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group sebagai berikut:
a) Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
b) Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
5. FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK
a. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
b. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
c. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)
d. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

6. KELOMPOK SOSIAL
Macam-macam Kelompok
Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial. Individu juga tidak bisa dilepaskan dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang tertbentuk akibat situasi tersebut. Situasi yang dihadapi individu terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Situasi kebersamaan
Situasi kebersamaan didefinisikan sebagai suatu situasi berkumpulnya sekumpulan individu secara bersama-sama. Situasi kebersamaan menimbulkan kelompok kebersamaan, yaitu suatu kelompok individu yang berkumpul pada suatu ruang dan waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laku secara spontan. Kelompok ini sering juga disebut massa atau crowd. Menurut kinch, ciri-ciri massa adalah:
a) Bertanggung jawab dalam waktu yang relatif pendek
b) Pesertanya berhubunga secara fisik (misal berdesak-desakan)
c) Kurang adanya autran yang terorganisir
d) Interaksinya bersifat spontan
Brown membagi kerumunan massa/ crowd menjadi dua golongan, yaitu Mobs dan Audience. Mobs merupakan suatu kerumunan aktif yang meyebabkan kerusakan-kerusakan, sedangkan Audience merupakan terbentuknya suatu kelompok karena adanya penggerak yang sama.

b. Situasi kelompok sosial
Situasi kelompok sosial didefinisikan sebagai suatu situasi ketika terdapat dua individu atau lebih mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Situasi kelompok sosial ini akan melahirkan terbentuknya kelompok sosial, artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu. Kelompok sosial secara umum diikat oleh faktor-faktor berikut ini:
a) Bagi anggota kelompok, suatu tujuan yang realistis, sederhana, dan memiliki nilai keuntunganbagi individu
b) Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota
c) Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan anggota.
Situasi kelompok sosial dapat menimbulkan bermacam-macam kelompok sosial, sebagai berikut:
Charles H. Cooley membagi menjadi:
a. Kelompok primer (primary group), suatu kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya. Contoh: keluarga, rukun tetangga/kelompok kawan sepermainan, kelompok agama.
b. Kelompok sekunder (secondary group), suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to face) dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja.
Moreno membagi menjadi:
a. Psikhe group, beberapa orang yang berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai kesadaran psikologis dan menerima mereka sebagai kelompok
b. Socio group, berhubungan dengan posisi sosial, aturan dan status dari anggota kelompok
Crèch dan Curtchfield membagi menjadi:
a. Kelompok stabil, kelompok yang strukturnya ters tetap, tidak berubah dalam jangka waktu yang cukup lama
b. Kelompok tidak stabil, kelompok yang mengalami perubahan progresif meskipun tanpa terdapat variasi-variasi yang cupuk penting dari situasi eksternal.
French membagi menjadi:
a. Kelompok terorganisir, kelompok yang menunjukkan secara tegas, lebih memiliki kebebasan sosial, perasaan kita, saling ketergantungan, kesamaan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, motivasi, frustasi dan agresi terhadap anggota kelompok yang lain
b. Kelompok tidak terorganisir, kelompok yang sedikit sekali kemungkinan bahwa individu akan dipengaruhi oleh apa yang dikerjakan orang lain
Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi
a. Kelompok formal/kelompok resmi, suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu, anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu badan/organisasi. Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya adalah komite, panitia, organisasi pemuda.
b. Kelompok informal, kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau dilegalisasikan dalam pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota.

7. DEFINISI DAN CIRI KELOMPOK SOSIAL
Definisi kelompok sosial dikemukan beberapa ahli seperti:
Muzafer Sherif
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.

Crech dan Curtchfield
Kelompok sosial didefinisikan sebagai sistem yang terintegrasi yang terbentuk karena adanya hubungan psikologis untuk menyelesaikan keadaan secara obyektif.


S.S.Sargent
Penggambaran kelompok sosial dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, misal berdasarkan ukuran kelompok, jumlah anggota yang ada, distribusi geografik,dll.

Newcomb, Turner, dan Converse
Sejumlah orang-orang, dilihat sebagai kesatuan tunggal, merupakan satu kelompok sosial, terutama mempunyai perhatian terhadap interaksi kelompok dan terhadap ciri-cirinya yang relatif stabil.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agar dapat terjadi pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Secara umum, Baron dan Byrne mengungkapkan bahwa sebuah kelompok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain
b. Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain
c. Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun)
d. Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota
e. Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki set peran
f. Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
g. Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok sosial apabila memiliki ciri-ciri berikut ini:
h. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama)
i. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
j. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
k. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
l. Berlangsungnya suatu kepentingan
m. Adanya pergerakan yang dinamik
n. Pembentukan dan Efektifitas Kelompok Sosial

8. PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya.







Perubahan Penyesuaian
Perpecahan

Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi dalam memenuhi kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga terwujudlah sebuah kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pembentukan kelompok:
Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.

Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.

Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.

Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.

Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.

Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).

Proses pembentukan kelompok dapat dilihat dari beberapa teori:
Teori kedekatan
Menganggap sesorang berhubungan dengan orang lain karena adanya kedekatan ruang dan daerah.
Teori aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, sentimen-sentimen/perasaan atau emosi (menurut homans)
Ketiga elemen tersebut satu sama lain berhubungan secara langsung. Dikutip dari Miftah Toha tentang elemen-elemen tersebut:
a. Semakin banyak aktivitas seseorang yang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya perasaan/emosi mereka.
b. Semakin banyak interaksi semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain
c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, semakin banyak sentimen dipahami orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi.
Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Newcomb
Seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis dalam proses pembentukan kelompok.

Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz
Menekankan pada motif atau menelaah maksud orang berkelompok, mengacu pada teori kebutuhan Maslow. ”The group itself is the source of needs” (Kelompok itu sendiri mampu memenuhi kebutuhannya sendiri)
Hipotesa pembentukan kelompok
Hipotesa I :Seseorang menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan memenuhi kebutuhannya.
Hipotesa II : Dekatnya kontak dan interaksi memberikan kepada individu untuk menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai melalui afiliasi dengan orang lain.
Hipotesa III : Tarikan interpersonal (interpersonal attraction) adalah fungsi positif dan daya tarik fisik, kesamaan sikap, kesamaan kepribadian, kesamaan ekonomi, kesamaan rasial, memahami kemampuan orang, dan kebutuhan untuk kerukunan dan keharmonisan.
Hipotesa IV :Individu berkeinginan untuk berafiliasi dengan orang lain yang kemampuannya sama atau lebih tinggi
Hipotesa V : Seseorang akan menggabungkan diri ke dalam kelompok apabila mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas kelompok menarik atau memberikan imbalan
Hipotesa VI : Seseorang akan menggabungkan diri dalam kelompok, apabila dia menilai baik pada kelompok
Hipotesa VII :Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang menyebabkan keanggotaan di dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi anggota kelompok memberikan suatu imbalan)
Hipotesa VIII :Seseorang akan menggabungkan diri di dalam kelompok, apabila dia menerima/menilai/merasa bahwa ini sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan/memberikan kepuasan.
Hipotesa IX : Pengembangan kelompok mengikuti suatu pola yang tetap
Hipotesa X : koalisi terbentuk di dalam situasi dimana dua orang atau lebih mencapai imbalan yang lebih besar melalui kerja sama daripada kalau bekerja sendiri-sendiri.
9. EFEKTIFITAS KELOMPOK SOSIAL
Karakteristik kelompok yang efektif adalah:
a. Komunikasi dua arah
b. Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota
c. Partisipasi merata antar anggota
d. Kepemimpinan didasarkan pada kemampuan dan informasi, buka posisi dan kekuasaan
e. Kesepakatan diupayakan untuk keputusan yang penting
f. Kontroversi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau ditekan
g. Kesejahteraan anggota tidak dikorbankan hanya untuk mencapai tujuan
h. Secara berkala anggota membahas efektivitas kelompok dan mendiskusikan cara memperbaiki fungsinya
Pendapat lain yang mengemukakan tentang efektivitas kelompok adalah sebagai berikut:
Menurut Floyd Ruch:
a. Keadaan fisik tempat/kelompok, seperti tersedianya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan anggota.
b. Rasa aman (Treat reduction), menyangkut ketentraman anggota untuk tinggal di dalam kelompoknya, meliputi: tidak adanya ancaman, tidak ada saling curiga dan tidak ada saling bermusuhan
c. Distributive leadership (kepemimpinan bergilir), adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya.
d. Goal formulation (perumusan tujuan), tujuan merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing
e. Flexibility (fleksibilitas), segala sesuatu yang menyangkut kelompok dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa adanya pengorbanan.
f. Consensus (mufakat), dengan mufakat yang ada dalam kelompok, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak.
g. Process awareness (kesadaran berkelompok), adanya peran, fungsi, dan kegiatan masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok, maka tiap-tiap anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, terhadap anggota kelompok, dan pentingnya untuk berorientasi satu sama lain.
h. Continual evaluation (penilaian yang kontinyu), kelompok yang baik seringkali mengadakan penilaian secara kontinyu terhadap perencanaan kegiatan dan pengawasan kelompok sehingga dapat diketahui tercapai/tidaknya tujuan kelompok.
Menurut Crech dan Curtchfield :
a. Merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berteman, dukungan, dan cinta kasih.
b. Merupakan suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan harga diri dan idealitasnya
c. Merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial
d. Merupakan sarana untuk memperkuat perasaan aman, tenteram, dan berkuasa atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama
e. Merupakan sarana ketika suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau membantu teman yang sakit.


Perbandingan kelompok efektif dan kelompok yang tidak efektif
Faktor Kelompok efektif Kelompok inefektif
Atmosfer Informal, relaks, nyaman, dimana anggota bisa menunjukkan kesenangan dan keterlibatannya. Tegang dan terkadang muncul kebosanan
Seting tujuan Tujuan, tugas diklarifikasi, dimengerti dan dimodifikasi, sehingga anggota bisa komitmen dan kooperatif dengan tujuan kelompok Tidak jelas, tidak dimengerti, tujuan tidak mungkin dicapai
Kepemimpinan dan partisipasi anggota Ada pergantian tiap beberapa waktu yang telah disepakati. Didelegasikan atau berdasar otoritas, pemimpin mendominasi kelompok, partisipasi anggota tidak seimbang (anggota yang mempunyai otoritas lebih mendominasi)
Penekanan tujuan Penekanan pada tiga fungsi kelompok (pencapaian tujuan, pemeliharaan internal dan perkembangan) Tidak ada penekanan tujuan
Komukasi Terbuka dan dua arah. Di dorong untuk mengeluarka ide dan perasaan (berhubungan dengan masalah dan perjalanan kelompok) Tertutup dan satu arah, tidak semua ide diberi dorongan, tujuan individu berlawanan dengan tujuan kelompok.
Pembuatan keputusan Secara mufakat Berdasar otoritas dalam kelompok dengan partisipasi minimal dari anggota kelompok
Kohesi Difasilitasi, saling percaya, dan saling memberi dukungan Saling mengabaikan
Toleransi konflik Toleransi terhadap konflik tinggi, adanya perbedaan/konflik dicari pemecahannya bersama Toleransi terhadap konflik rendah, usaha dilakukan untuk menghindar, mengingkari, menekan atau mengesampingkan kontroversi
Kekuatan Ditentukan oleh kemampuan anggota, kekuatan sama Ditentukan oleh kedudukan dalam kelompok
Evaluasi Sering, semua anggota berperan dalam evaluasi dan pengambilan keputusan bagaimana meningkatkan fungsi kelompok Minimal, evaluasi kalau ada hanya dilakukan oleh yang mempunyai otoritas tinggi
Kreatifitas Didorong, difasilitasi untuk aktualisasi diri dan keefektifan interpersonal Tidak didorong, individu takut


10. KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK SOSIAL
Definisi kepemimpinan ada bemacam-macam, antara lain:
Carter dan Hampill, kepemimpinan adalah mengusahakan akan tindakannya, memelopori struktur interaksi dari orang-orang lain sebagai bagian dari proses pemecahan soal bersama

Tannenbaum, kepemimpinan sebagai pengaruh antar orang dalam kancah situasi langsung melalui proses komunikasi yang terarah untuk memperoleh tujuan khusus dan tujuan umum
Shaw me (1976), kepemimpinan merupakan suatu proses pengaruh yang ditujukan untuk mencapai tujuan
Stogdill (1950), kepemimpinan merupakan proses yang mempengaruhi kegiatan kelompok untuk menetapkan tujuan dan mencapai tujuan
Holander dan Julian (1969), kepemimpinan terbentuk karena hubungan pengaruh antara dua atau lebih orang yang saling tergantung satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama tertentu didalam situasi kelompok.
Drs. Ngalim Purwanto, kepemimpinan adalah tindakan perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok maju ke arah tujuan tertentu.
11. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Pendekatan sifat-sifat (trait approach)
Usaha ini digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pemimpin yang meliputi intelek, hubungan sosial, keadaan emosi, keadaan fisik yang tinggi imajinasi,kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban, suka bekerja keras, dsb.

Pendekatan tingkah laku (behavioral approach)
Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku dan cirri-ciri pemimpin.

12. TUJUAN KEPEMIMPINAN
Tujuan kepemimpinan meliputi tujuan organisasi, tujuan kelompok, tujuan pribadi anggota kelompok, dan tujuan pribadi pemimpin.
Tujuan organisasi dimaksudkan untuk memajukan organisasi yang bersangkutan dan menghindari diri dari maksud-maksud yang irasional organisasi yang ada.
Tujuan kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuan kelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai.
Tujuan pribadi anggota kelompok maksudnya untuk memberi pengajaran, pelatihan, penyuluhan, konsultasi bagi tiap anggota kelompok sehingga anggota kelompok dapat mengembangkan pribadinya.
Tujuan pribadi pemimpin maksudnya untuk memberi kesempatan pada pimpinan berkembang dalam tugasnya, seperti mempengaruhi, memberi nasehat, dsb.
13. FUNGSI KELOMPOK
Membantu kelompok:
a. Menentukan kegunaan dan tujuan
b. Memfokuskan diri pada proses kerja secara bersama
c. Lebih waspada/memperhatikan akan sumber-sumber yang dimiliki, dan cara yang terbaik untuk memanfaatkannya
d. Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan
e. Menjadi terbuka untuk ide baru dan ide yang berbeda, tanpa menjadi berhenti karena konflik
f. Belajar baik dari kegagalan dan frustasi, maupun dari keberhasilan

14. MACAM-MACAM KEPEMIMPINAN
Macam-macam kepemimpinan banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:
Lippite dan Whyte
a. Kepemimpinan otokrasi : ketentuan dibuat oleh pimpinan, tingkah laku dari kegiatan kelompok diputuskan oleh pimpinan, pimpinan selalu memberikan tugas pada setiap anggota, pimpinan dapat memuji atau mencela pekerjaan anggota.
b. Kepemimpinan demokratis: segala kegiatan kelompok dibicarakan dan didiskusikan bersama, anggota bebas bekerja dengan siapa saja, pimpinan memuji dan mencela anggota secara obyektif, pimpinan berusaha, bersikap, dan berbuat seperti anggota.
c. Kepemimpinan liberal : pimpinan jarang ikut campur dalam kegiatan anggota; pimpinan menyiapkan kebutuhan bagi anggota; pembagian tugas dan kerja sama diserahkan anggota; pimpinan tidak memberikan komentar selama kelompok melaksanakan kegiatan, kecuali diminta pendapatnya.

Max Weber
a. Kepemimpinan kharismatik : kepemimpinan yang diangkat berdasarkan kepercayaan yang datang dari lingkungannya.
b. Kepemimpinan tradisional: bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar tradisi yang berlaku pada masyarakat.
c. Kepemimpinan rasional legal : bentuk kepemimpinan yang diangkat atas dasar pertimbangan pemikiran tertentu dan penunjukan langsung.

W.C Whyte
a. Kepemimpinan operasional : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar banyaknya inisiatif atau aktivitas yang dilaksanakannya.
b. Kepemimpinan popularitas : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar kepopuleran (banyaknya menerima pilihan) dari pemilihnya.
c. Kepemimpinan talent : bentuk kepemimpinan berdasarkan kecakapan tertentu yang dimiliki oleh seseorang.
d. Kepemimpinan perwakilan : bentuk kepemimpinan yang diangkat menjadi wakil dari kelompok tertentu sehingga ada pimpinan pusat yang merupakan gabungan pimpinan kelompok.

Lingrend
a. Kepemimpinan parental : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya bersikap sebagai keluarga.
b. Kepemimpinan expert : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat berdasarkan kecakapan atau keahlian yang dimiliki seseorang.
c. Kepemimpinan artis : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat berdasarkan atas keterkenalan individu pada lingkunggannya
d. Kepemimpinan manipulator : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan pendukung untuk kepentingan pribadi.


Keit Davis
a. Kepemimpinan positif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggiatkan kerja pengikutnya dengan jalan memberi kepuasan hati mereka. Pimpinan tidak hanya memerintah, tapi juga memberi penjelasan, menyediakan kebutuhan anggota, dan memberi kebebasan untuk melaksanakan.
b. Kepemimpinan negatif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan kekuasaan untuk mengancam atau menakut-nakuti agar anggota mengerjakan tugas mereka.

Erich Fromm
a. Kepemimpinan menerima : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya bersedia menerima segala sesuatau dari luar ketika menjalankan tugasnya.
b. Kepemimpinan menyerang/menggunakan : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan segala sesuatu dari luar dirinya sebagai miliknya sendiri ketika menjalankan tugasnya.
c. Kepemimpinan menimbun : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya tidak bersedia menerima hal-hal dari luar, tetapi selalu berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan pendapatnya sendiri walaupun seringkali pendapatnya diambil dari luar dirinya sesuai dengan kepentingannya.
d. Kepemimpinan memasarkan : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya merasa bahwa dirinya sebagai orang yang serba pandai/tahu dan ia cenderung memimpin dengan imbalan yang memadai.
e. Kepemimpinan produktif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya sadar akan kemampuan dirinya dan menggunakan kemampuannya untuk mendorong anggota sehingga tiap-tiap anggota menjadi produktif.

15. GAYA KEPEMIMPINAN
Trait Theories of Leadership
Teori ini mengatakan seorang pemimpin adalah dilahirkan dan tidak dibuat. Ciri-ciri pemimpin menurut teori ini adalah : memiliki intelegensi lebih dari pada yang lain, kematangan sosial dan pengetahuan luas, memiliki motivasi sendiri dan dorongan partisipasi, sikap untuk menyakinkan hubungan dengan orang lain.


Group and Exchange Theories of Leadership
Seseorang dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin apabila ia dapat memenuhi harapan kelompok untuk mencapai tujuan kelompok serta memberikan hadiah (reward) untuk hal-hal lain.

Fleder Contingency Model of Leadership
Teori ini mengatakan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menguntungkan dalam kelompok.

Path Goal Leadership Theory
Teori ini mengatakan ada pengaruh dari tingkah laku pemimpin yang dapat memotivasi bawahan, kepuasan kerja, serta aktivitas bawahan. Menurut Robert Hause menerangkan bahwa gaya kepemimpinan meliputi hal berikut:
a. Directive leadership/gaya otoriter : pemimpin berfungsi sebagai petunjuk terhadap anggota kelompok sehingga sehingga pemimpin kurang bisa berpartisipasi penuh
b. Supportive leadership : pemimpin memiliki sifat ramah, mudah mengadakan pendekatan, serta memperhatikan kesadaran kemanusiaan yang tinggi kepada kelompoknya.
c. Participative leadership : pemimpin tidak hanya meminta dan menggunakan saran-saran anggota, tapi juga membuat keputusan dalam rangka pemecahan persoalan yang ada dalam kelompok.
d. Achievement oriented leadership :pemimpin menanamkan kesadaran akan tantangan tujuan kelompok untuk anggota-anggota kelompok dan menunjukkan sikap pada anggota bahwa dapat mencapai tujuan tersebut.
Gaya kepemimpinan permanen dan situasional
Gaya kepemimpinan permanen bila : memiliki prestasi yang tinggi, mengetahui apa kebutuhan kelompoknya, memiliki kecakapan, memiliki kemampuan dalam pekerjaannya.
Gaya kepemimpinan situasional bila : aktif berpartisipasi dalam setiap persoalan yang muncul dalam kelompok, menunjukkan ketergantungan dari anggota kelompok lainnya, memiliki ketegasan, lancar dalam mengemukakan pendapat, memiliki sikap yakin akan dirinya sendiri, populer di dalam lingkungan kelompoknya.
Perbedaan kepemimpinan situasional dengan kepemimpinan permanen adalah kepemimpinan situasional memiliki ikatan psikologis dengan anggota kelompok, sedangkan faktor prestasi nomor dua. Kepemimpinan permanen membutuhkan faktor prestasi untuk memperoleh dukungan anggota kelompok.
16. SYARAT – SYARAT PEMIMIPIN
Syarat-syarat pemimpin banyak dikemukan oleh Floyd Ruch dan Stogdill
Menurut Floyd Ruch
Social perception, pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam menghadapi situasi
Ability in abstract thinking, pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi
Emotional stability, pemimpin harus memiliki perasaan yang stabil, tidak mudah terpengaruh dari pihak luar.

Menurut Stogdill
Tinggi dan besar, pimpinan yang tinggi besar umumnya terlihat lebih berwibawa dalam melaksanakan tugas.
Berat badan, berat badan ideal akan menambah wibawa
Fisik,energi dan kesehatan, pemimpin yang sehat mempunyai tenaga yang cukup untuk menjalankan kepemimpinannya
Kegiatan, pemimpin yang mempunyai banyak kegiatan dalam tugasnya lebih sukses mencapai tujuan kelompok
Intelegensi, intelegensi yang tinggi akan memudahkan untuk bergaul, berkegiatan dan memecahkan masalah yang dihadapi
Kepercayaan diri, percaya diri yang tinggi mampu memimpin, sehingga anggota tampak lebih mantap melaksanakan tugas-tugas kelompok
Kecakapan bergaul, pimpinan yang mempunyai kecakapan bergaul dengan anggotanya dapat mempermudah pelaksanaan tugas.
Inisiatif dan ketekunan, sifat ini akan menghindarkan diri dari kesulitan yang dihadapi, sehingga tugas-tugas tetap berjalan lancar.
Dominasi, sifat ini memudahkan ia menguasai kelompoknya dalam kondisi apapun kelompoknya.
Surgensi, memiliki pandangan untuk kepentingan anggota lebih mudah memperoleh kepercayaan anggota dalam melaksanakan tugas.
Perhatian pada situasi, memperhatikan situasi yang dihadapi kelompok, sehingga mudah untuk mengendalikan kelompoknya.
17. TUGAS-TUGAS PEMIMPIN
Tugas-tugas pemimpin dikemukakan oleh Floyd Ruch, Ngalim Purwanto dan David W. Johson.
Floyd Ruch
Structuring the situation, pemimpin bertugas untuk memberi struktur yang jelas terhadap situasi rumit yang dihadapi kelompok
Controlling group behaviour, pemimpin mengawasi tingkah laku anggota kelompoknya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku
Spokesman of the group, pemimpin dapat menjadi juru bicara sebagai wakil kelompoknya pada pihak luar.

Drs. Ngalim Purwanto
Menyelami kebutuhan dan keinginan kelompok
Memilih kehendak yang realistis dari kelompoknya
Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka
Menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai kehendak tersebut

David W. Johson
Information and opinion giver, pemimpin adalah pemberi keterangan dan pendapat
Information and opinion seeker, pemimpin sebagai pencari keterangan dan pendapat
Strater, pemimpin dapat mengendalikan
Direction giver, pemimpin sebagai pemberi tujuan kelompok yang ingin dicapai
Summaizer, pemimpin sebagai pembuat ringkasan apa yang dikerjakan
Coordinator, pemimpin sebagai koordinator kelompok dalam kegiatan kelompok
Diagnoser, pemimpin sebagai penganalisis terhadap segala sesuatu yang dihadapi kelompok
Energizer, pemimpin sebagai pengarah anggota kelompok ke arah kegiatan dan pencapaian tujuan kelompok
Reallity tester, pemimpin juga memberikan ujian secara reakter terhdap kelompok
Evaluator, pemimpin sebagai pemberi penilaian terhadap kegiatan kelompok dalam pencapaian tujuan.




18. BENTUK HUBUNGAN PEMIMPIN DAN ANGGOTA
Menurut Moreno bentuk hubungan kelompok ada tiga jenis, yaitu:
Bentuk hubungan rantai (chains)

A B C D
A berhubungan dengan B, B berhubungan dengan C, C berhubungan dengan D
Bentuk hubungan bintang (star)
A B


C D
A berhubungan dengan D, B berhubungan dengan C

Bentuk hubungan jala (network)
A B

F C
E D



G H I
A dapat menghubungi semua, begitu pula dengan yang lain.
19. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK
Terbentuknya kelompok karena adanya persamaan dalam kebutuhan akan berkelompok, dimana individu memiliki potensi dalam memenuhi kebutuhan dan setiap individu memiliki keterbatasan, sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain untuk mengatasinya.
Kelompok merupakan tujuan yang diharapkan dalam proses dinamika kelompok, karena jika hal tersebut tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu.

Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi dalam kelompok.
Perkembangan kelompok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan dengan diawali adanya perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal satu dengan yang lain, kemudian berkembang menjaadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
Tahap Fungsional
Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.

Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok.
Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual.

Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.

Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)

Tuckman dan Jensen membagi perkembangan kelompok dalam 6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku pemimpin sebagai berikut:
Fase Perilaku tim Perilaku pemimpin
Orientation Ragu, belum familiar, belum saling percaya, belum ada partisipasi Mendefinisikan misi kelompok, tipenya masih memberi instruksi, membuat skema tujuan
Forming Menerima satu sama lain, belajar ketrampilan komunikasi, mulai termotivasi Rencana/fokus pada masalah, role model yang positif, mendorong adanya partisipasi
Storming Semangat tim berkembang, mulai membangun kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan, penyelesaian konflik, menentukan tujuan
Norming Kenyamanan meningkat, identifikasi tanggung jawab, interaksi tim efektif, resolusi konflik Fokus pada tujuan, menyertai proses, memberikan dorongan pada tim
Performing Tujuan yang jelas, adanya kohesi/kesatuan, pemecahan masalah Beraksi seperti anggota kelompok, dorongan meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
Terminating Angota tersebar, tim akhirnya mencapai tujuan Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok
Faktor-faktor ini dikemukakan oleh Mc. Gregor (1960):
a. Atmosfer , atmosffer yang rileks dan nyaman bebas dari tekanan, dimana tiap individu dapat berinteraksi dan terlibat
b. Diskusi, fokus pada tiap orang berpartisipasi
c. Tujuan/obyektif, dipahami secara jelas dan diterima oleh anggota kelompok
d. Listening, anggota akan aktif mendengar anggota lain
e. Disagreement/pertentangan, jika ada perselisihan pendapat, kelompok merasa nyaman untuk menghadapi semuanya
f. Keputusan, dibuat dengan konsensus/persetujuan umum/mufakat
g. Critisim, terbuka, tidak ada agenda disembunyikan, sehingga anggota merasa nyaman
h. Feeling, dapat diekspresikan dengan bebas
i. Action, secara jelas ditegaskan dan anggota berkomitmen
j. Leadership, fleksibel, tidak ada perebutan kekuasaan
k. Kesadaran diri, kelompok penuh dengan cara kerja

20. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DALAM KELOMPOK
Keunggulan/kelebihan kelompok:
a. Adanya sifat keterbukaan antar angota
b. Adanya kemauaan angota kelompok, yang mengutamakan kepentingan kelompok
c. Adanya kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan pengalaman
d. Pengetahuan dan kemampuan tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang telah disepakati kelompok


Kelemahan dalam kelompok:
a. Waktu penugasan
b. Tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan

21. PENTINGNYA DINAMIKA KELOMPOK DALAM KEPERAWATAN
a. Dapat mempelajari cara-cara mengambil keputusan, pencapaian konsensus di dalam kelompok, sistematika kerja kelompok dan mengetahui bagaimana mengatasi perselisihan pendapat
b. Dapat melihat adanya persepsi yang berbeda diantara anggota kelompok yang akhirnya persepsi tersebut dapat diterima sebagai norma kelompok
c. Pengalaman dalam menciptakan kerja kelompok dapat dijadikan dasar kerjasama antar unit
d. Mempermudah dalam pengambilan keputusan
e. Mempermudah dalam mencapai tujuan

22. PENERAPAN KONSEP DINAMIKA KELOMPOK
Kelompok Sebaya (peer group)
Dalam kelompok sebaya, individu akan merasakan adanya kesamaan satu dengan lainnya (usia, kebutuhan, dan tujuan). Kelompok sebaya tidak mementingkan struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya tangung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok.

Ciri-ciri kelompok sebaya:
a. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
b. Bersifat sementara
c. Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
d. Anggotanya adalah individu yang sebaya
Fungsi kelompok sebaya:
a. Mengajarkan kebudayaan
b. Mengajarkan mobilitas sosial
c. Membantu peranan sosial baru
d. Kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru, bahkan untuk masyarakat
e. Individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
f. Kelompok sebaya mengajar moral orang dewasa
g. Individu dapat mencapai kebebasan sendiri
Masyarakat (community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat dterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu.

Ciri-ciri community:
a. Adanya daerah/batas tertentu
b. Manusia yang bertempat tinggal
c. Kehidupan masyarakat
d. Hubungan sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
a. Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama terjalin satu sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya
b. Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani
c. Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia
Contoh kelompok health care:
Task groups (health care planning committees, nursing service committees, nursing team meeting, hospital staff meeting)
Teaching groups, tujuannya untuk memberikan informasi pada partisipan (misal tehnik memandikan bayi, latihan untuk usia pertengahan dan dewasa tua, instruksi pada anggota keluarga tentang perawatan pada pasien yang diperbolehkan pulang)
Self-help groups
Self-awareness groups, tujuannya untuk mengembangkan kekuatan interpersonal, ditujukan untuk orang-orang yang telah menjalani perawatan lama dan akan kembali bekerja, ataupun kembali ke masyarakat (misal bagaimana sesorang berkomunikasi dengan orang lain)


Therapy groups
Work –related social groups, ditujukan untuk mengatasi kejenuhan/stress yang menimpa perawat karena aktivitas sehari-harinya (biasanya untuk perawat ruang intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU), emergensi room). Dengan adanya kelompok ini diharapkan dapat memberikan support dan mengurangi stress.
Professional nursing organizations, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan support pada kebutuhan perawat.

DAFTAR PUSTAKA
Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hidayat, A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Ratna, S.,dkk. 2003. Dinamika Kelompok. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Emilia, O.,dkk. 2000. Panduan Pelaksanaan Latihan Dinamika Kelompok. Yogyakarta: Tim Pelaksana Inovasi Pendidikan FK UGM
Kozier, B., et al. 1997. Professional Nursing Practice: Concepts and Perspective.3rd edition. California: Addison Wesley Longman