Kamis, 21 Oktober 2010

MODEL KONSEP KEPERAWATAN







AWAL PERKEMBANGAN PERAWATAN
Pada awal kelahiranya keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan comunitas dan pembentukanya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan melindungi keluarga (Donahue,1995). keperawatan lahir atas bentuk keinginan untuk menjaga seseorang agar tetap nyaman dan sehat, pelayanan dan keamanan serta keamanan bagi orang yang sakit. (Potter,2005)
Peran perawat pada awalnya dilakukan oleh Deakonia, dibawah perintah gereja. Oleh karena itulah keperawatan pada kelahiranya di kenal dengan adanya biara wati yang datang kerumah-rumah warga yang sakit. dari sanalah nilai inti keperawatan ditumbuhkan. sebuah bentuk pengabdian secara tulus dari orang-orang yang peduli terhadap kesehatan orang-orang disekitarnya yang membutuhkan pertolongan.
Seiring perkembanganya keperawatan telah berhasil dalam memisahkan disiplin ilmunya dengan disiplin ilmu kedokteran. dalam membedakan disiplin para ahli dibidang keperawatan telah menyusun landasan-landasan pengetahuan keperawatan yang mampu dibedakan dari landasan pengetahuan disiplin lainya. salah satu cara ialah dengan membuat teori-teori keperawan yang akan menjadi Frame work perawat dalam menjalankan tugasnya.
Keperawatan modern yang lahir setelah melewati perubahan-perubahan yang fundamental dari keseluruhan proses yang panjang menghadirkan pendangan baru dalam proses keperawatan. dalam keperawatan modern, keperawatan bukan hanya sebuah ilmu terapan, melainkan juga sebuah seni, aktivitas tindangan yang berdasarkan ilmu yang diberikan dengan menghadirkan nilai-nilai keindahan (seni) yang mencakup aktivitas, konsep, ilmu social, dan fisik dasar,etika, dan isu-isu keperawatan, serta ilmu-ilmu yang mendukung dalam proses keperawatan.
Karena banyaknya keragaman dalam keperawatan , perawat perlu memiliki filosopi dan teori-teori praktik keperawatan untuk membentuk arah pengembangan profesi dimasa yang akan datang. keperawatan pada abad 21 telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan ini ikut serta dalam pembentukan paradigma keperawatan. Perubahan ini pula mengharuskan adanya perubahan peran, perubahan system, dan perubhan dalam pelayanan kesehatan yang mampu menjawab tangtangan terhadap keperawatan.
Dalam perkembanganya pendidikan keperawatan, maka praktik perawatan juga mengalami perubahan. pada awal tahun 1900an spesialisasi keperawatan juga dikembangan. Tepatnya pada thun 1920 dimulai dengan spesialisasi keperawatan bidan, yang kemudian diikuti dengan dibentuknya Asosiasi of Operating room Nurses pada 1950, American Association of Clinical Care Nurses (1969 dan ongkology nursing Society (1975)
PERKEMBANGAN TEORI KEPERAWATAN
Teori keperawatan pada mulanya dalam bentuk Filosopi yang dikenalkan oleh Nightingale. Pandangan nightingale terhadap keperawatan dimana dia menurunkan keperawatam dari filosofi spiritual yang berkembang dalam masa remaja dan ketika dia dewasa (Macrae, 1995). bentuk kepedulianya ialah keseriusanya dalam analisis statistic yang mengaitkan sanitasi yang buruk dengan terjadinya kolera dan disentri. Ia memandang keperawatan sebagai suatu jalan untuk mencari kebenaran dalam mendapatkan jawaban atas pertanyaan masalah kesehatan dan menggunakan hukum penyembuhan tuhan tuhan dalam praktik keperawatan (Macrae, 1995)
Teori-teori yang berkembang ialah hasil dari pengembangan atau penggabunagn konsef dan pernyataan yang berfokus pada kejadian dan fenomena dari suatu disiplin. Teori mempunyai konstribusi pada pembentukan dasar praktik keperawtan (Chinn dan Jacobs, 1995). Perkembangan ilmu ini mencangkup pengetahuan umum, penetahuan ini dapat diintegrasikan dengan disiplin ilmu yang lain. kesatuan ilmu tadi membuat sebuah konsep dasar tentang sebuah permasalahan yang sedang dikaji sehingga melahirkan sebuah teori keperawatan.
Pada perkembanganya teori keperawatan yang dipelajari dalam lingkungan akademik yang terpisah dari kegiatan praktik keperawatan. Akan tetapi terus terjadi perubahan kontemporer yang mengacu praktik keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan (Donaldson, 1995). Diharapkan proses keperawatan akan memiliki model yang mampu menghantarkan keperawatan lebih berkualitas yang dilakukan oleh para Profesional.
Karena keperawatan terus berkembang, perwat membuat sebuah hipótesis-hipotesis tentang praktik keperawatan, prinsip yang paling mendasari praktik keperawatan dan tujuan serta fungsi yang sesuai dengan keperawatan di masyarakat. Model konsep serta teori keperawatan digunakan untuk memberikan pengetahuan untuk meningkatkan praktik, penuntun penelitian dan kurikulum, serta mengidentifikasikan bidang dan tujuan dari praktik keperawatan. teori keperawatan menuntun para perawat dengan memberikan tujuan pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervenís, landasan berkomunikasidan nilai-nilai etika, akuntabilitas profesional. teori-teori tersebut juga digunakan sebafgai arah dalam melakukan peneltian, praktik, pendidikan, dan administrasi keperawatan.(Meleis, 1985)
Dalam semua aktivitas menuju pemandirian disiplin ilmu, keperwatan telah mengembangkan sebuah konsep dasar yang mencoba menunjukan perbedaan yang benar-benar nyata dengan disiplin kedokteran. Keperawatan yang dirintis pertamakali oleh Nightingale telah membawa semangat bahwa keperawatan yang merupakan sebuah profesi yang membutuhkan pengetahuan yang berbeda dengan disiplin ilmu yang lain, seperti kedokteran. Oleh karena itulah, dalam keperawatan dikenal kiat-kiat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan pengetahuan.

1. MODEL KONSEP DOROTHEA OREM
PENDAHULUAN
Dalam Teori keperawatan bila kita perhatiakan, kesemuanya teori tersebut akan berorientasi pada satu bidang cakupan dalam keperawatan. misalkan Nightingale menyoroti masalah lingkungan, henderson lebih pada pemenuhan kebutuhan dasarnya, selain itu ada juga teori yang berorientasi pada otimalisasi peran klian dalam proses penyembuhanya. kesemua teori tersebut bersinergi dalam membentuk suatu sistem yang holistik dengan penjelaan masalah yang detail. Sehingga mampu memberikan konstribusi dalam memberikan arah asuhan.
Salah satu teori yang tekenal dengan pemandirian klien adalah Dorotea Orem (1971). Orem yang terkenal dengan Self-Care Dependent-Care Nursing. dalam pandangan orem bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Tapi pada situasi tertentu kemampuan itu tidak bisa tampil, dista inilah teori orem akan menjelaskan bahwa, kebutuhan manusia apapun kondisinya ahíla sama, tergantung bagaimana individunya memenuhi kebuthan itu. bila kebutuhanya terpenuhi dengan baik maka tidak akan ditemukan masalah, berbeda dengan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhanya makan akan mengalami deficiet.
Orem dengan tegas mencoba mengoptimalkan kemampuan alami setiap klien dalam memenuhi kebutuhanya. peran perawat dalam teori merupakan sebagai agen yang mampu membantu klien dalam mengembalikan peranya sebagai self care agency. Sisitem yang di bagun dari tiga teori utama ini mampu menghasilkan kolaborasi pelayanan keperawatan yang unik. tidak hanya dari prosesnya, tapi juga dari hasilnya akan mampu membuat klien mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya.
Teori ini mampu memberikan tentang bentuk asuhan yang harus diberikan pada klien pada keadaan tertentu. antara klien dan perawat harus memiliki pemahaman tentang pendangan self-care. Proses yang lebih bertumpu pada pelayanan terapeutik yang mandiri dengan melibatkan setiap individu agar mampu melkuanya secara mandiri.
self-care deficit nursing theory of nursing, calculation of therapeutic self-care demand (TSCD) is avital step in which theclient care needs are specified. Both clients and nurses need to have an understanding of this prescription for (or dependent care). The process of determining therapeutic self-care demand involves the formulation of actionoriented statements that particularize the individualized type and amount of self-care action needed for persons. Particularized self-care requisite (PSCR) statements are developed with a focus on individualized and desired care activities to meet known needs for self-care or dependent care (Orem, 2001, p.250).
MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN DOROTHEA OREM
A. Riwayat Dorothea Orem
Dorothea Orem lahir di Baltimore, Maryland pada tahun 1914. Beliau wafat pada tanggal 22 Juli 2007 di Skidaway. Selama hidupnya, beliau pernah mengikuti pendidikan Diploma (1903), kemudian meanjutkan pendidikannya di Providence School of Nursing di Washington DC dan mendapatkan gelar B.S.NE, kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di Catholic University of America di Washington DC dan mendapatkan gelar M.S.NE.

B. Model Konsep Keperawatan Orem
Model Keperawatan menurut Orem dikenal dengan Model Self Care. Model Self Care ini memberi pengertian bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Model keperawatan ini berkembang sejak tahun 1959-2001.
Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas keampuan. Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang terdiri dari:
a. Air (udara): pemelihraan dalam pengambian udara.
b. Water (air): pemeliaraan pengambilan air
c. Food (makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
d. Elimination (eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
e. Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
f. Solitude and Social Interaction ( kesendirian dan interaksi sosial): pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial.
g. Hazard Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat .
h. Promotion of Normality

C. Teori Keperawatan Orem
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperwatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di antaranya:
a. Perawatan Diri Sendiri (Self Care)
Teori Self Care meliputi:
a) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
b) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
c) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
d) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Reuisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
c. Teori Sistem Keperawatan
Teori Siste Keperawatan merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri. Dalam pandangan sistem ini, Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya:
a) Sistem Bantuan Secara Penuh (Wholly Copensatory System ). Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidamampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pngontrolan, dan ambulansi serta adanya manipulasi gerakan. Contoh: pemberian bantuan pada pasien koma.
b) Sistem Bntuan Sebagian (Partially Compensatory System). Merupakan siste dalam pemberian perawatan diri sendiri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal. Contoh: perawatan pada pasien post operasi abdomen di mana pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan luka.
c) Sistem Supportif dan Edukatif. Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agara pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Contoh: pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang memelukan informasi pada pengaturan kelahiran.

Metode Bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan sistem dan melalui lima metode bantuan yang meliputi
a. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
b. Mengajarkan klien
c. Mengarahkan klien
d. Mensupport klien
e. Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.

2. MODEL KONSEP FLORENCE NIGHTINGALE
MODEL KONSEP
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c. Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
HUBUNGAN TEORI FLORENCE NIGHTINGALE DENGAN BEBERAPA KONSEP
a. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
a) Individu / manusia
Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.
b) Keperawatan
Berrtujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
c) Sehat / sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
d) Masyarakaat / lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara dan cahaya.
b. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a) Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
b) Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
c) Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
1. Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
2. Ventilasi
3. Pembuangan sampah
4. Pencemaran lingkungan
5. Komunikasi sosial, dll
d) Diagnosa keperawatan
Berrbagai maslah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
1. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
2. Penyesuaian terhadap lingkungan.
3. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
4. Inplementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
5. Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.

HUBUNGAN TEORI FLORENCEN NIGHTINGALE DENGAN TEORI-TEORI LAIN :
a. Teori adaptasi
Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
b. Teori kebutuhan
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhanlingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
c. Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalamlingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.







3. MODEL KONSEPTUAL CALISTA ROY
a. Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

b. Definisi Dan Konsep Mayor
Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
e. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di lingkungan social.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

c. Model Konseptual Adaptasi Roy
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah :
a. Manusia
b. Lingkungan
c. Kesehatan
d. keperawatan.
Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi.
a Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Manusia
a) Manusia didefinisikan sebagai penerima asuhan keperawatan. Manusia sebagai sistem hidup yang berada dalam interaksi yang konstan dengan lingkungan ditandai oleh perubahan-perubahan internal maupun eksternal
b) Perubahan-perubahan tersebut mengharuskan manusia mempertahankan integritasnya, yaitu adaptasi terus menerus
c) Roy mengidentifikasikan unit sebagai stimulus. Stimulus adalah unit dari
d) informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai respon.
e) seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus manusia yang dapat mengadaptasi responnya dengan usaha yang wajar.
f) Tingkat adaptasi dan sistem manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan individu dan pemakaian dari mekanisme koping
g) Roy mengkategorikan hasil sistem sebagai respon adaptif dan inefektif
h) Respon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas manusia yaitu semua tingkah laku yang tampak ketika manusia dapat mengerti tentang tujuan hidup, tumbuh, produksi dan kekuasaan
i) Respon inefektif tidak mendukung tujuan tersebut
j) Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses pengendalian manusia sebagai sistem adaptasi

Diagram respon adaptasi
PROSES
a. Koping
b. Mekanisme regulator dan kognator


INPUT
a. Stimulus
b. Tingkat adaptasi


OUTPUT
a. Adaptasi
b. Respon inefekti


Efektor dijelaskan oleh Roy sebagai berikut :
a. Model adaptasi fisiologi
Model adaptasi fisiologi terdiri dari :
a) Oksigenasi
b) Nutrisi
c) Eliminasi
d) Aktifitas dan istirahat
e) Sensori
f) Cairan dan elektrolit
g) Integritas kulit
h) Fungsi saraf
i) Fungsi endokrin
b. Konsep diri
Merujuk pada nilai, kepercayaan, emosi, cita-cita serta perhatian yang diberikan untuk mengatasi keadaan fisik tersebut
Fungsi peran
Menggambarkan hubungan interaksi perorangan dengan orang lain yang tercermin pada peran pertama, kedua dan seterusnya.
c. Model ketergantungan
Mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi dalam hubungan manusia dengan individu dan kelompok.
b LINGKUNGAN
Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu semua keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta tingkah laku individu dan kelompok
c KESEHATAN
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan memimpin
d KEPERAWATAN
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai peningkatan dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik fokal, konstektual maupun residual
Aktivitas perawatan direncanakan model sebagai peningkatan respon adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang merupakan aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal, konstektual dan residual yang menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat diubah dan perawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan konstektual dan residual. Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada rangsang yang sama pada keadaan tertentu.
Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat regulator kognator dan mekanisme koping.

4. MODEL KONSEP PEPLAU
a. Riwayat Peplau
Hildegard E. Peplau, PhD, RN, FAAN, yang dikenal sebagai “jiwa ibu menyusui,” meninggal di usia 89 tahun pada tanggal 17 Maret 1999. The only nurse to serve the ANA as executive director and later as president, she served two terms on the Board of the International Council of Nurses (ICN). Satu-satunya perawat untuk melayani ANA sebagai direktur eksekutif dan kemudian sebagai presiden, ia menjabat dua istilah di Dewan International Council of Nurses (ICN). In 1997, she received nursing’s highest honor, the Christiane Reimann Prize, at the ICN Quadrennial Congress. Pada tahun 1997, ia menerima kehormatan tertinggi keperawatan, yang Christiane Reimann Prize, pada Kongres ICN yg berlangsung empat tahun. In 1996, the American Academy of Nursing honored Peplau as a “Living Legend,” and, in 1998, the ANA inducted her into its Hall of Fame. (Extract from the “Peplau leaves legacy of achievement” article below – Nursing World May 1999) Pada tahun 1996, American Academy of Nursing Peplau dihormati sebagai “Legenda Hidup”, dan, pada tahun 1998, ANA dilantik-nya ke dalam Hall of Fame. (Kutipan dari “warisan daun Peplau prestasi” artikel di bawah ini – Keperawatan Dunia Mei 1999 )
Hildegard Peplau’s fifty-year career in nursing left an indelible stamp on the profession of nursing, and on the lives of the mentally ill in the United States. Hildegard Peplau lima puluh tahun karirnya di panti kiri cap yang tak terhapuskan pada profesi keperawatan, dan pada kehidupan para sakit jiwa di Amerika Serikat. She wore many hats – founder of modern psychiatric nursing, innovative educator, advocate for the mentally ill, proponent of advanced education for nurses, Executive Director and then President of the American Nurses Association, and prolific author. Dia mengenakan banyak topi – pendiri keperawatan jiwa modern, inovatif pendidik, advokat bagi penderita penyakit mental, pendukung pendidikan lanjutan untuk perawat, Direktur Eksekutif dan kemudian Presiden American Nurses Association, dan penulis produktif. Her life was often marked with controversy, which she faced with courage and determination. Hidupnya sering ditandai dengan kontroversi, yang dia dihadapkan dengan keberanian dan tekad.

b. Konsep Peplau
Keperawatan adalah suatu hasil proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia).
Pendidikan atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan gerakan yang progresif dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi dan cara hidup bermasyarakat.Hubungan interpersonal yang merupakan factor utama model keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap 4 konsep utama yaitu :
a. Manusia : individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal.
b. Masyarakat/lingkungan : budaya dan adapt istiadat merupakan factor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan.
c. Kesehatan : didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan kea rah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif.
d. Keperawatan : dipandang sebagai proses interpersonal yang bermakna. Proses interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami klien dan mencapai resolusi masalah.

Suatu model dapat diuraikan secara rinci kebutuhan utama/primer :
a. Tujuan asuhan keperawatan : Kepribadian yang berkembang melalui hubungan interpersonal mendidik dalam pemenuhan kebutuhan klien.
b. Klien : System dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.
c. Peran nurse : Nurse berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai orang asing, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
d. Sumber kesulitan : Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologik dan biologic individu.
e. Focus intervensi : Ansietas yang disebabkan oleh hubungan interpersonal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian .
4 komponen sentral yaitu proses interpersonal, perawat, pasien dan ansietas.
Cara intervensi Proses interpersonal terdiri dari 4 fase yaitu :
a. Fase orientasi : Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada klien.
b. Fase identifikasi : Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan askep yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien.
Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
a) Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat
b) Individu mandiri terpisah dari perawat
c) Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat. dimana
c. Fase Eksplorasi : Memungkinkan suatu situasi pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal
d. Fase resolusi : Secara bertahap klien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kearah realisasi potensi.
Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana perawat membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling tergantung dalam lingkungan sosial.
Perawat mempunyai 6 peran :
a. Sebagai orang yang asing
Berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada klien. Perawat menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan pada suatu sistem baru
b. Nara sumber
Perawat memberikan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengharap pada area permasalahan yang memerlukan bantuan
c. Pendidik
Mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga merangsang individu untuk berperan serta aktif dalam mengarahkan asuhan
d. Pengasuh pengganti
Membantu individu belajar tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal
e. Konselor
Meningkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif.