Selasa, 02 November 2010

DINAMIKA KELOMPOK

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
Setelah mempelajari bab ini peserta didik mampu:
1. Menjelaskan sejarah dinamika kelompok dengan tepat & benar
2. Menjelaskan definisi dinamika kelompok dengan tepat & benar
3. Menjelaskan fungsi dinamika kelompok dengan tepat & benar
4. Menjelaskan kelompok sosial dengan tepat & benar
5. Menjelaskan pertumbuhan & perkembangan kelompok dengan tepat & benar
6. Menyebutkan keunggulan dan kelemahan kelompok dengan tepat & benar
7. Menjelaskan pentingnya dinamika kelompok dalam keperawatan dengan tepat & benar
8. Menerapkan konsep dinamika kelompok dengan tepat & benar


1. SEJARAH DINAMIKA KELOMPOK
Sejarah munculnya dinamika kelompok dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing golongan. Pada masa ini ikatan persatuan dan interaksi sosial terjalin dengan kuat, sehingga masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil.

b. Zaman liberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menetukan individu lain dalam kehidupan. Kebebasan ini justru membawa malapetaka pada individu, karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan, sehingga mereka merasa tidak memiliki kepastian. Kondisi tersebut membuat individu merasa ketakutan, sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk untuk menghilangkan ketakutan dan memperoleh pedoman dalam menjalani hidup. Gagasan individu yang muncul pada saat itu adalah mengadakan perjanjian social antara sesamanya dan hal tersebut dirumuskan dalam Leviathan atau Negara yang diharapkan dapat menjamin hidup mereka.
c. Zaman ilmu jiwa bangsa-bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall memelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitive yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya. Penyelidikan dilakukan terhadap adat dan bahasa rakyat dan hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif. Hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesamaan psikologi, dan ini tercermin dalam tingkah laku. Terori ini berkembang, bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing-masing.

d. Zaman gerakan massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang diinginkan. Gerakan massa ini mendorong Gustave Le Bon melakukan penyelidikan secara intensif dan mendalam pada gerakan massa. Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa dalam gerakan massa tiombul apa yang dinamakan sugesti, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dala setiap individu kehilangan control diri terhadap mereka. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, tentu massa tersebut mempunyai anggota, norma, pimpinan dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti bentuk suatu kelompok.

e. Zaman psikologi sosial
Penyelidikan terhadap massa memberikan motivasi kepada ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa, meskipun risikonya besar. Pada abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu. Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya. Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnyasejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial berarti membawa pula adanya kelompok.



f. Zaman dinamika kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidaritas dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok-kelompok kecil seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya, makin kuat moralnya. Kurt Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya. Jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.

Status Dinamika Kelompok
Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok tidak lepas dari pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu. Berikut ini pandangan para ahli dari berbagai disiplin ilmu:
a. Cabang sosiologi
Ahli sosiologi seperti Homans, Moreno, dan Mitschell berpendapat bahwa masalah kelompok/group dan struktur kelompok yang menjadi obyek dinamika kelompok merupakan sebagian bahan yang menjadi obyek sosiologi. Moreno berpendapat bahwa dalam suatu kelompok pasti terdapat social distance (jarak social) antara angota kelompok tersebut.

b. Cabang psikologi
Robert F. Bales memasukkan dinamika kelompok ke dalam cabang psikologi. Alasannya karena dalam dinamika kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri, tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok.

c. Cabang psikologi sosial
Para ahli psikologi sosial, seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa dinamika kelompok lebih ditekankan pada peninjauan psiokologi sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap masing-masing individu sebagai anggota kelompok. Hal ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik antar anggota dalam kehidupan berkelompok.

d. Bidang eksperimen
Di dalam buku Group Dynamic yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa dinamika kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung mengarah pada persoalan psikologi.

2. DEFINISI DINAMIKA KELOMPOK
Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok.
Pengertian dinamika
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.

Pengertian kelompok
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok:
a. Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
b. Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya
c. Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
d. Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok

Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Terdiri dari dua orang atau lebih
b. Berinteraksi satu sama lain
c. Saling membagi beberapa tujuan yang sama
d. Melihat dirinya sebagai suatu kelompok
Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Pengertian dinamika kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain
c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
d. Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.

3. PROSES DINAMIKA KELOMPOK
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”. Secara singkat proses dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:





Alasan pentingnya dinamika kelompok:
a. Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
b. Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
c. Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
d. Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif

4. PENDEKATAN-PENDEKATAN DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok.
a. Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
a) Adanya stratifikasi kedudukan warga
b) Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain
c) Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar.


b. Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
c. Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan Scheidlinger)
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang satu dengan yang lain.
d. Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group sebagai berikut:
a) Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
b) Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
5. FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK
a. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
b. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
c. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)
d. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

6. KELOMPOK SOSIAL
Macam-macam Kelompok
Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial. Individu juga tidak bisa dilepaskan dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang tertbentuk akibat situasi tersebut. Situasi yang dihadapi individu terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Situasi kebersamaan
Situasi kebersamaan didefinisikan sebagai suatu situasi berkumpulnya sekumpulan individu secara bersama-sama. Situasi kebersamaan menimbulkan kelompok kebersamaan, yaitu suatu kelompok individu yang berkumpul pada suatu ruang dan waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laku secara spontan. Kelompok ini sering juga disebut massa atau crowd. Menurut kinch, ciri-ciri massa adalah:
a) Bertanggung jawab dalam waktu yang relatif pendek
b) Pesertanya berhubunga secara fisik (misal berdesak-desakan)
c) Kurang adanya autran yang terorganisir
d) Interaksinya bersifat spontan
Brown membagi kerumunan massa/ crowd menjadi dua golongan, yaitu Mobs dan Audience. Mobs merupakan suatu kerumunan aktif yang meyebabkan kerusakan-kerusakan, sedangkan Audience merupakan terbentuknya suatu kelompok karena adanya penggerak yang sama.

b. Situasi kelompok sosial
Situasi kelompok sosial didefinisikan sebagai suatu situasi ketika terdapat dua individu atau lebih mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Situasi kelompok sosial ini akan melahirkan terbentuknya kelompok sosial, artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu. Kelompok sosial secara umum diikat oleh faktor-faktor berikut ini:
a) Bagi anggota kelompok, suatu tujuan yang realistis, sederhana, dan memiliki nilai keuntunganbagi individu
b) Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota
c) Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan anggota.
Situasi kelompok sosial dapat menimbulkan bermacam-macam kelompok sosial, sebagai berikut:
Charles H. Cooley membagi menjadi:
a. Kelompok primer (primary group), suatu kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antar anggotanya. Contoh: keluarga, rukun tetangga/kelompok kawan sepermainan, kelompok agama.
b. Kelompok sekunder (secondary group), suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to face) dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja.
Moreno membagi menjadi:
a. Psikhe group, beberapa orang yang berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai kesadaran psikologis dan menerima mereka sebagai kelompok
b. Socio group, berhubungan dengan posisi sosial, aturan dan status dari anggota kelompok
Crèch dan Curtchfield membagi menjadi:
a. Kelompok stabil, kelompok yang strukturnya ters tetap, tidak berubah dalam jangka waktu yang cukup lama
b. Kelompok tidak stabil, kelompok yang mengalami perubahan progresif meskipun tanpa terdapat variasi-variasi yang cupuk penting dari situasi eksternal.
French membagi menjadi:
a. Kelompok terorganisir, kelompok yang menunjukkan secara tegas, lebih memiliki kebebasan sosial, perasaan kita, saling ketergantungan, kesamaan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, motivasi, frustasi dan agresi terhadap anggota kelompok yang lain
b. Kelompok tidak terorganisir, kelompok yang sedikit sekali kemungkinan bahwa individu akan dipengaruhi oleh apa yang dikerjakan orang lain
Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi
a. Kelompok formal/kelompok resmi, suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu, anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu badan/organisasi. Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contohnya adalah komite, panitia, organisasi pemuda.
b. Kelompok informal, kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau dilegalisasikan dalam pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu dibagi dengan sesama anggota.

7. DEFINISI DAN CIRI KELOMPOK SOSIAL
Definisi kelompok sosial dikemukan beberapa ahli seperti:
Muzafer Sherif
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu.

Crech dan Curtchfield
Kelompok sosial didefinisikan sebagai sistem yang terintegrasi yang terbentuk karena adanya hubungan psikologis untuk menyelesaikan keadaan secara obyektif.


S.S.Sargent
Penggambaran kelompok sosial dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, misal berdasarkan ukuran kelompok, jumlah anggota yang ada, distribusi geografik,dll.

Newcomb, Turner, dan Converse
Sejumlah orang-orang, dilihat sebagai kesatuan tunggal, merupakan satu kelompok sosial, terutama mempunyai perhatian terhadap interaksi kelompok dan terhadap ciri-cirinya yang relatif stabil.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agar dapat terjadi pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Secara umum, Baron dan Byrne mengungkapkan bahwa sebuah kelompok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain
b. Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain
c. Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun)
d. Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota
e. Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki set peran
f. Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
g. Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok sosial apabila memiliki ciri-ciri berikut ini:
h. Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama)
i. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya.
j. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
k. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
l. Berlangsungnya suatu kepentingan
m. Adanya pergerakan yang dinamik
n. Pembentukan dan Efektifitas Kelompok Sosial

8. PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah awal terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, karena dengan terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam berkelompok. Pembentukan sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya.







Perubahan Penyesuaian
Perpecahan

Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya perasaan/persepsi yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi dalam memenuhi kebutuhan, kemudian menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga terwujudlah sebuah kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pembentukan kelompok:
Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.

Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.

Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.

Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.

Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.

Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).

Proses pembentukan kelompok dapat dilihat dari beberapa teori:
Teori kedekatan
Menganggap sesorang berhubungan dengan orang lain karena adanya kedekatan ruang dan daerah.
Teori aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, sentimen-sentimen/perasaan atau emosi (menurut homans)
Ketiga elemen tersebut satu sama lain berhubungan secara langsung. Dikutip dari Miftah Toha tentang elemen-elemen tersebut:
a. Semakin banyak aktivitas seseorang yang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya perasaan/emosi mereka.
b. Semakin banyak interaksi semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain
c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, semakin banyak sentimen dipahami orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi.
Teori keseimbangan (a balance theory of group formation) dari Newcomb
Seseorang tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis dalam proses pembentukan kelompok.

Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz
Menekankan pada motif atau menelaah maksud orang berkelompok, mengacu pada teori kebutuhan Maslow. ”The group itself is the source of needs” (Kelompok itu sendiri mampu memenuhi kebutuhannya sendiri)
Hipotesa pembentukan kelompok
Hipotesa I :Seseorang menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan memenuhi kebutuhannya.
Hipotesa II : Dekatnya kontak dan interaksi memberikan kepada individu untuk menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai melalui afiliasi dengan orang lain.
Hipotesa III : Tarikan interpersonal (interpersonal attraction) adalah fungsi positif dan daya tarik fisik, kesamaan sikap, kesamaan kepribadian, kesamaan ekonomi, kesamaan rasial, memahami kemampuan orang, dan kebutuhan untuk kerukunan dan keharmonisan.
Hipotesa IV :Individu berkeinginan untuk berafiliasi dengan orang lain yang kemampuannya sama atau lebih tinggi
Hipotesa V : Seseorang akan menggabungkan diri ke dalam kelompok apabila mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas kelompok menarik atau memberikan imbalan
Hipotesa VI : Seseorang akan menggabungkan diri dalam kelompok, apabila dia menilai baik pada kelompok
Hipotesa VII :Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang menyebabkan keanggotaan di dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi anggota kelompok memberikan suatu imbalan)
Hipotesa VIII :Seseorang akan menggabungkan diri di dalam kelompok, apabila dia menerima/menilai/merasa bahwa ini sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan/memberikan kepuasan.
Hipotesa IX : Pengembangan kelompok mengikuti suatu pola yang tetap
Hipotesa X : koalisi terbentuk di dalam situasi dimana dua orang atau lebih mencapai imbalan yang lebih besar melalui kerja sama daripada kalau bekerja sendiri-sendiri.
9. EFEKTIFITAS KELOMPOK SOSIAL
Karakteristik kelompok yang efektif adalah:
a. Komunikasi dua arah
b. Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota
c. Partisipasi merata antar anggota
d. Kepemimpinan didasarkan pada kemampuan dan informasi, buka posisi dan kekuasaan
e. Kesepakatan diupayakan untuk keputusan yang penting
f. Kontroversi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau ditekan
g. Kesejahteraan anggota tidak dikorbankan hanya untuk mencapai tujuan
h. Secara berkala anggota membahas efektivitas kelompok dan mendiskusikan cara memperbaiki fungsinya
Pendapat lain yang mengemukakan tentang efektivitas kelompok adalah sebagai berikut:
Menurut Floyd Ruch:
a. Keadaan fisik tempat/kelompok, seperti tersedianya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan anggota.
b. Rasa aman (Treat reduction), menyangkut ketentraman anggota untuk tinggal di dalam kelompoknya, meliputi: tidak adanya ancaman, tidak ada saling curiga dan tidak ada saling bermusuhan
c. Distributive leadership (kepemimpinan bergilir), adanya pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya.
d. Goal formulation (perumusan tujuan), tujuan merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing
e. Flexibility (fleksibilitas), segala sesuatu yang menyangkut kelompok dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa adanya pengorbanan.
f. Consensus (mufakat), dengan mufakat yang ada dalam kelompok, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak.
g. Process awareness (kesadaran berkelompok), adanya peran, fungsi, dan kegiatan masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok, maka tiap-tiap anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, terhadap anggota kelompok, dan pentingnya untuk berorientasi satu sama lain.
h. Continual evaluation (penilaian yang kontinyu), kelompok yang baik seringkali mengadakan penilaian secara kontinyu terhadap perencanaan kegiatan dan pengawasan kelompok sehingga dapat diketahui tercapai/tidaknya tujuan kelompok.
Menurut Crech dan Curtchfield :
a. Merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berteman, dukungan, dan cinta kasih.
b. Merupakan suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan harga diri dan idealitasnya
c. Merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial
d. Merupakan sarana untuk memperkuat perasaan aman, tenteram, dan berkuasa atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama
e. Merupakan sarana ketika suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau membantu teman yang sakit.


Perbandingan kelompok efektif dan kelompok yang tidak efektif
Faktor Kelompok efektif Kelompok inefektif
Atmosfer Informal, relaks, nyaman, dimana anggota bisa menunjukkan kesenangan dan keterlibatannya. Tegang dan terkadang muncul kebosanan
Seting tujuan Tujuan, tugas diklarifikasi, dimengerti dan dimodifikasi, sehingga anggota bisa komitmen dan kooperatif dengan tujuan kelompok Tidak jelas, tidak dimengerti, tujuan tidak mungkin dicapai
Kepemimpinan dan partisipasi anggota Ada pergantian tiap beberapa waktu yang telah disepakati. Didelegasikan atau berdasar otoritas, pemimpin mendominasi kelompok, partisipasi anggota tidak seimbang (anggota yang mempunyai otoritas lebih mendominasi)
Penekanan tujuan Penekanan pada tiga fungsi kelompok (pencapaian tujuan, pemeliharaan internal dan perkembangan) Tidak ada penekanan tujuan
Komukasi Terbuka dan dua arah. Di dorong untuk mengeluarka ide dan perasaan (berhubungan dengan masalah dan perjalanan kelompok) Tertutup dan satu arah, tidak semua ide diberi dorongan, tujuan individu berlawanan dengan tujuan kelompok.
Pembuatan keputusan Secara mufakat Berdasar otoritas dalam kelompok dengan partisipasi minimal dari anggota kelompok
Kohesi Difasilitasi, saling percaya, dan saling memberi dukungan Saling mengabaikan
Toleransi konflik Toleransi terhadap konflik tinggi, adanya perbedaan/konflik dicari pemecahannya bersama Toleransi terhadap konflik rendah, usaha dilakukan untuk menghindar, mengingkari, menekan atau mengesampingkan kontroversi
Kekuatan Ditentukan oleh kemampuan anggota, kekuatan sama Ditentukan oleh kedudukan dalam kelompok
Evaluasi Sering, semua anggota berperan dalam evaluasi dan pengambilan keputusan bagaimana meningkatkan fungsi kelompok Minimal, evaluasi kalau ada hanya dilakukan oleh yang mempunyai otoritas tinggi
Kreatifitas Didorong, difasilitasi untuk aktualisasi diri dan keefektifan interpersonal Tidak didorong, individu takut


10. KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK SOSIAL
Definisi kepemimpinan ada bemacam-macam, antara lain:
Carter dan Hampill, kepemimpinan adalah mengusahakan akan tindakannya, memelopori struktur interaksi dari orang-orang lain sebagai bagian dari proses pemecahan soal bersama

Tannenbaum, kepemimpinan sebagai pengaruh antar orang dalam kancah situasi langsung melalui proses komunikasi yang terarah untuk memperoleh tujuan khusus dan tujuan umum
Shaw me (1976), kepemimpinan merupakan suatu proses pengaruh yang ditujukan untuk mencapai tujuan
Stogdill (1950), kepemimpinan merupakan proses yang mempengaruhi kegiatan kelompok untuk menetapkan tujuan dan mencapai tujuan
Holander dan Julian (1969), kepemimpinan terbentuk karena hubungan pengaruh antara dua atau lebih orang yang saling tergantung satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama tertentu didalam situasi kelompok.
Drs. Ngalim Purwanto, kepemimpinan adalah tindakan perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok maju ke arah tujuan tertentu.
11. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Pendekatan sifat-sifat (trait approach)
Usaha ini digunakan untuk mengetahui sifat-sifat pemimpin yang meliputi intelek, hubungan sosial, keadaan emosi, keadaan fisik yang tinggi imajinasi,kekuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban, suka bekerja keras, dsb.

Pendekatan tingkah laku (behavioral approach)
Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku dan cirri-ciri pemimpin.

12. TUJUAN KEPEMIMPINAN
Tujuan kepemimpinan meliputi tujuan organisasi, tujuan kelompok, tujuan pribadi anggota kelompok, dan tujuan pribadi pemimpin.
Tujuan organisasi dimaksudkan untuk memajukan organisasi yang bersangkutan dan menghindari diri dari maksud-maksud yang irasional organisasi yang ada.
Tujuan kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuan kelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai.
Tujuan pribadi anggota kelompok maksudnya untuk memberi pengajaran, pelatihan, penyuluhan, konsultasi bagi tiap anggota kelompok sehingga anggota kelompok dapat mengembangkan pribadinya.
Tujuan pribadi pemimpin maksudnya untuk memberi kesempatan pada pimpinan berkembang dalam tugasnya, seperti mempengaruhi, memberi nasehat, dsb.
13. FUNGSI KELOMPOK
Membantu kelompok:
a. Menentukan kegunaan dan tujuan
b. Memfokuskan diri pada proses kerja secara bersama
c. Lebih waspada/memperhatikan akan sumber-sumber yang dimiliki, dan cara yang terbaik untuk memanfaatkannya
d. Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan
e. Menjadi terbuka untuk ide baru dan ide yang berbeda, tanpa menjadi berhenti karena konflik
f. Belajar baik dari kegagalan dan frustasi, maupun dari keberhasilan

14. MACAM-MACAM KEPEMIMPINAN
Macam-macam kepemimpinan banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:
Lippite dan Whyte
a. Kepemimpinan otokrasi : ketentuan dibuat oleh pimpinan, tingkah laku dari kegiatan kelompok diputuskan oleh pimpinan, pimpinan selalu memberikan tugas pada setiap anggota, pimpinan dapat memuji atau mencela pekerjaan anggota.
b. Kepemimpinan demokratis: segala kegiatan kelompok dibicarakan dan didiskusikan bersama, anggota bebas bekerja dengan siapa saja, pimpinan memuji dan mencela anggota secara obyektif, pimpinan berusaha, bersikap, dan berbuat seperti anggota.
c. Kepemimpinan liberal : pimpinan jarang ikut campur dalam kegiatan anggota; pimpinan menyiapkan kebutuhan bagi anggota; pembagian tugas dan kerja sama diserahkan anggota; pimpinan tidak memberikan komentar selama kelompok melaksanakan kegiatan, kecuali diminta pendapatnya.

Max Weber
a. Kepemimpinan kharismatik : kepemimpinan yang diangkat berdasarkan kepercayaan yang datang dari lingkungannya.
b. Kepemimpinan tradisional: bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar tradisi yang berlaku pada masyarakat.
c. Kepemimpinan rasional legal : bentuk kepemimpinan yang diangkat atas dasar pertimbangan pemikiran tertentu dan penunjukan langsung.

W.C Whyte
a. Kepemimpinan operasional : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar banyaknya inisiatif atau aktivitas yang dilaksanakannya.
b. Kepemimpinan popularitas : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar kepopuleran (banyaknya menerima pilihan) dari pemilihnya.
c. Kepemimpinan talent : bentuk kepemimpinan berdasarkan kecakapan tertentu yang dimiliki oleh seseorang.
d. Kepemimpinan perwakilan : bentuk kepemimpinan yang diangkat menjadi wakil dari kelompok tertentu sehingga ada pimpinan pusat yang merupakan gabungan pimpinan kelompok.

Lingrend
a. Kepemimpinan parental : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya bersikap sebagai keluarga.
b. Kepemimpinan expert : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat berdasarkan kecakapan atau keahlian yang dimiliki seseorang.
c. Kepemimpinan artis : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat berdasarkan atas keterkenalan individu pada lingkunggannya
d. Kepemimpinan manipulator : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan pendukung untuk kepentingan pribadi.


Keit Davis
a. Kepemimpinan positif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggiatkan kerja pengikutnya dengan jalan memberi kepuasan hati mereka. Pimpinan tidak hanya memerintah, tapi juga memberi penjelasan, menyediakan kebutuhan anggota, dan memberi kebebasan untuk melaksanakan.
b. Kepemimpinan negatif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan kekuasaan untuk mengancam atau menakut-nakuti agar anggota mengerjakan tugas mereka.

Erich Fromm
a. Kepemimpinan menerima : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya bersedia menerima segala sesuatau dari luar ketika menjalankan tugasnya.
b. Kepemimpinan menyerang/menggunakan : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan segala sesuatu dari luar dirinya sebagai miliknya sendiri ketika menjalankan tugasnya.
c. Kepemimpinan menimbun : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya tidak bersedia menerima hal-hal dari luar, tetapi selalu berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan pendapatnya sendiri walaupun seringkali pendapatnya diambil dari luar dirinya sesuai dengan kepentingannya.
d. Kepemimpinan memasarkan : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya merasa bahwa dirinya sebagai orang yang serba pandai/tahu dan ia cenderung memimpin dengan imbalan yang memadai.
e. Kepemimpinan produktif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya sadar akan kemampuan dirinya dan menggunakan kemampuannya untuk mendorong anggota sehingga tiap-tiap anggota menjadi produktif.

15. GAYA KEPEMIMPINAN
Trait Theories of Leadership
Teori ini mengatakan seorang pemimpin adalah dilahirkan dan tidak dibuat. Ciri-ciri pemimpin menurut teori ini adalah : memiliki intelegensi lebih dari pada yang lain, kematangan sosial dan pengetahuan luas, memiliki motivasi sendiri dan dorongan partisipasi, sikap untuk menyakinkan hubungan dengan orang lain.


Group and Exchange Theories of Leadership
Seseorang dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin apabila ia dapat memenuhi harapan kelompok untuk mencapai tujuan kelompok serta memberikan hadiah (reward) untuk hal-hal lain.

Fleder Contingency Model of Leadership
Teori ini mengatakan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang menguntungkan dalam kelompok.

Path Goal Leadership Theory
Teori ini mengatakan ada pengaruh dari tingkah laku pemimpin yang dapat memotivasi bawahan, kepuasan kerja, serta aktivitas bawahan. Menurut Robert Hause menerangkan bahwa gaya kepemimpinan meliputi hal berikut:
a. Directive leadership/gaya otoriter : pemimpin berfungsi sebagai petunjuk terhadap anggota kelompok sehingga sehingga pemimpin kurang bisa berpartisipasi penuh
b. Supportive leadership : pemimpin memiliki sifat ramah, mudah mengadakan pendekatan, serta memperhatikan kesadaran kemanusiaan yang tinggi kepada kelompoknya.
c. Participative leadership : pemimpin tidak hanya meminta dan menggunakan saran-saran anggota, tapi juga membuat keputusan dalam rangka pemecahan persoalan yang ada dalam kelompok.
d. Achievement oriented leadership :pemimpin menanamkan kesadaran akan tantangan tujuan kelompok untuk anggota-anggota kelompok dan menunjukkan sikap pada anggota bahwa dapat mencapai tujuan tersebut.
Gaya kepemimpinan permanen dan situasional
Gaya kepemimpinan permanen bila : memiliki prestasi yang tinggi, mengetahui apa kebutuhan kelompoknya, memiliki kecakapan, memiliki kemampuan dalam pekerjaannya.
Gaya kepemimpinan situasional bila : aktif berpartisipasi dalam setiap persoalan yang muncul dalam kelompok, menunjukkan ketergantungan dari anggota kelompok lainnya, memiliki ketegasan, lancar dalam mengemukakan pendapat, memiliki sikap yakin akan dirinya sendiri, populer di dalam lingkungan kelompoknya.
Perbedaan kepemimpinan situasional dengan kepemimpinan permanen adalah kepemimpinan situasional memiliki ikatan psikologis dengan anggota kelompok, sedangkan faktor prestasi nomor dua. Kepemimpinan permanen membutuhkan faktor prestasi untuk memperoleh dukungan anggota kelompok.
16. SYARAT – SYARAT PEMIMIPIN
Syarat-syarat pemimpin banyak dikemukan oleh Floyd Ruch dan Stogdill
Menurut Floyd Ruch
Social perception, pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam menghadapi situasi
Ability in abstract thinking, pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi
Emotional stability, pemimpin harus memiliki perasaan yang stabil, tidak mudah terpengaruh dari pihak luar.

Menurut Stogdill
Tinggi dan besar, pimpinan yang tinggi besar umumnya terlihat lebih berwibawa dalam melaksanakan tugas.
Berat badan, berat badan ideal akan menambah wibawa
Fisik,energi dan kesehatan, pemimpin yang sehat mempunyai tenaga yang cukup untuk menjalankan kepemimpinannya
Kegiatan, pemimpin yang mempunyai banyak kegiatan dalam tugasnya lebih sukses mencapai tujuan kelompok
Intelegensi, intelegensi yang tinggi akan memudahkan untuk bergaul, berkegiatan dan memecahkan masalah yang dihadapi
Kepercayaan diri, percaya diri yang tinggi mampu memimpin, sehingga anggota tampak lebih mantap melaksanakan tugas-tugas kelompok
Kecakapan bergaul, pimpinan yang mempunyai kecakapan bergaul dengan anggotanya dapat mempermudah pelaksanaan tugas.
Inisiatif dan ketekunan, sifat ini akan menghindarkan diri dari kesulitan yang dihadapi, sehingga tugas-tugas tetap berjalan lancar.
Dominasi, sifat ini memudahkan ia menguasai kelompoknya dalam kondisi apapun kelompoknya.
Surgensi, memiliki pandangan untuk kepentingan anggota lebih mudah memperoleh kepercayaan anggota dalam melaksanakan tugas.
Perhatian pada situasi, memperhatikan situasi yang dihadapi kelompok, sehingga mudah untuk mengendalikan kelompoknya.
17. TUGAS-TUGAS PEMIMPIN
Tugas-tugas pemimpin dikemukakan oleh Floyd Ruch, Ngalim Purwanto dan David W. Johson.
Floyd Ruch
Structuring the situation, pemimpin bertugas untuk memberi struktur yang jelas terhadap situasi rumit yang dihadapi kelompok
Controlling group behaviour, pemimpin mengawasi tingkah laku anggota kelompoknya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku
Spokesman of the group, pemimpin dapat menjadi juru bicara sebagai wakil kelompoknya pada pihak luar.

Drs. Ngalim Purwanto
Menyelami kebutuhan dan keinginan kelompok
Memilih kehendak yang realistis dari kelompoknya
Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka
Menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai kehendak tersebut

David W. Johson
Information and opinion giver, pemimpin adalah pemberi keterangan dan pendapat
Information and opinion seeker, pemimpin sebagai pencari keterangan dan pendapat
Strater, pemimpin dapat mengendalikan
Direction giver, pemimpin sebagai pemberi tujuan kelompok yang ingin dicapai
Summaizer, pemimpin sebagai pembuat ringkasan apa yang dikerjakan
Coordinator, pemimpin sebagai koordinator kelompok dalam kegiatan kelompok
Diagnoser, pemimpin sebagai penganalisis terhadap segala sesuatu yang dihadapi kelompok
Energizer, pemimpin sebagai pengarah anggota kelompok ke arah kegiatan dan pencapaian tujuan kelompok
Reallity tester, pemimpin juga memberikan ujian secara reakter terhdap kelompok
Evaluator, pemimpin sebagai pemberi penilaian terhadap kegiatan kelompok dalam pencapaian tujuan.




18. BENTUK HUBUNGAN PEMIMPIN DAN ANGGOTA
Menurut Moreno bentuk hubungan kelompok ada tiga jenis, yaitu:
Bentuk hubungan rantai (chains)

A B C D
A berhubungan dengan B, B berhubungan dengan C, C berhubungan dengan D
Bentuk hubungan bintang (star)
A B


C D
A berhubungan dengan D, B berhubungan dengan C

Bentuk hubungan jala (network)
A B

F C
E D



G H I
A dapat menghubungi semua, begitu pula dengan yang lain.
19. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK
Terbentuknya kelompok karena adanya persamaan dalam kebutuhan akan berkelompok, dimana individu memiliki potensi dalam memenuhi kebutuhan dan setiap individu memiliki keterbatasan, sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain untuk mengatasinya.
Kelompok merupakan tujuan yang diharapkan dalam proses dinamika kelompok, karena jika hal tersebut tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu.

Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi dalam kelompok.
Perkembangan kelompok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan dengan diawali adanya perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal satu dengan yang lain, kemudian berkembang menjaadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
Tahap Fungsional
Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.

Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok.
Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
Fase orientasi
Individu masih mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok, tapi masih tampak individual.

Fase bekerja
Anggota sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.

Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)

Tuckman dan Jensen membagi perkembangan kelompok dalam 6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku pemimpin sebagai berikut:
Fase Perilaku tim Perilaku pemimpin
Orientation Ragu, belum familiar, belum saling percaya, belum ada partisipasi Mendefinisikan misi kelompok, tipenya masih memberi instruksi, membuat skema tujuan
Forming Menerima satu sama lain, belajar ketrampilan komunikasi, mulai termotivasi Rencana/fokus pada masalah, role model yang positif, mendorong adanya partisipasi
Storming Semangat tim berkembang, mulai membangun kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan, penyelesaian konflik, menentukan tujuan
Norming Kenyamanan meningkat, identifikasi tanggung jawab, interaksi tim efektif, resolusi konflik Fokus pada tujuan, menyertai proses, memberikan dorongan pada tim
Performing Tujuan yang jelas, adanya kohesi/kesatuan, pemecahan masalah Beraksi seperti anggota kelompok, dorongan meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
Terminating Angota tersebar, tim akhirnya mencapai tujuan Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok
Faktor-faktor ini dikemukakan oleh Mc. Gregor (1960):
a. Atmosfer , atmosffer yang rileks dan nyaman bebas dari tekanan, dimana tiap individu dapat berinteraksi dan terlibat
b. Diskusi, fokus pada tiap orang berpartisipasi
c. Tujuan/obyektif, dipahami secara jelas dan diterima oleh anggota kelompok
d. Listening, anggota akan aktif mendengar anggota lain
e. Disagreement/pertentangan, jika ada perselisihan pendapat, kelompok merasa nyaman untuk menghadapi semuanya
f. Keputusan, dibuat dengan konsensus/persetujuan umum/mufakat
g. Critisim, terbuka, tidak ada agenda disembunyikan, sehingga anggota merasa nyaman
h. Feeling, dapat diekspresikan dengan bebas
i. Action, secara jelas ditegaskan dan anggota berkomitmen
j. Leadership, fleksibel, tidak ada perebutan kekuasaan
k. Kesadaran diri, kelompok penuh dengan cara kerja

20. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DALAM KELOMPOK
Keunggulan/kelebihan kelompok:
a. Adanya sifat keterbukaan antar angota
b. Adanya kemauaan angota kelompok, yang mengutamakan kepentingan kelompok
c. Adanya kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan pengalaman
d. Pengetahuan dan kemampuan tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang telah disepakati kelompok


Kelemahan dalam kelompok:
a. Waktu penugasan
b. Tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan

21. PENTINGNYA DINAMIKA KELOMPOK DALAM KEPERAWATAN
a. Dapat mempelajari cara-cara mengambil keputusan, pencapaian konsensus di dalam kelompok, sistematika kerja kelompok dan mengetahui bagaimana mengatasi perselisihan pendapat
b. Dapat melihat adanya persepsi yang berbeda diantara anggota kelompok yang akhirnya persepsi tersebut dapat diterima sebagai norma kelompok
c. Pengalaman dalam menciptakan kerja kelompok dapat dijadikan dasar kerjasama antar unit
d. Mempermudah dalam pengambilan keputusan
e. Mempermudah dalam mencapai tujuan

22. PENERAPAN KONSEP DINAMIKA KELOMPOK
Kelompok Sebaya (peer group)
Dalam kelompok sebaya, individu akan merasakan adanya kesamaan satu dengan lainnya (usia, kebutuhan, dan tujuan). Kelompok sebaya tidak mementingkan struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya tangung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok.

Ciri-ciri kelompok sebaya:
a. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
b. Bersifat sementara
c. Mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas
d. Anggotanya adalah individu yang sebaya
Fungsi kelompok sebaya:
a. Mengajarkan kebudayaan
b. Mengajarkan mobilitas sosial
c. Membantu peranan sosial baru
d. Kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru, bahkan untuk masyarakat
e. Individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
f. Kelompok sebaya mengajar moral orang dewasa
g. Individu dapat mencapai kebebasan sendiri
Masyarakat (community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat dterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota, suku, atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai oleh derajat hubungan sosial tertentu.

Ciri-ciri community:
a. Adanya daerah/batas tertentu
b. Manusia yang bertempat tinggal
c. Kehidupan masyarakat
d. Hubungan sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
a. Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama terjalin satu sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya
b. Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani
c. Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia
Contoh kelompok health care:
Task groups (health care planning committees, nursing service committees, nursing team meeting, hospital staff meeting)
Teaching groups, tujuannya untuk memberikan informasi pada partisipan (misal tehnik memandikan bayi, latihan untuk usia pertengahan dan dewasa tua, instruksi pada anggota keluarga tentang perawatan pada pasien yang diperbolehkan pulang)
Self-help groups
Self-awareness groups, tujuannya untuk mengembangkan kekuatan interpersonal, ditujukan untuk orang-orang yang telah menjalani perawatan lama dan akan kembali bekerja, ataupun kembali ke masyarakat (misal bagaimana sesorang berkomunikasi dengan orang lain)


Therapy groups
Work –related social groups, ditujukan untuk mengatasi kejenuhan/stress yang menimpa perawat karena aktivitas sehari-harinya (biasanya untuk perawat ruang intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU), emergensi room). Dengan adanya kelompok ini diharapkan dapat memberikan support dan mengurangi stress.
Professional nursing organizations, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan support pada kebutuhan perawat.

DAFTAR PUSTAKA
Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hidayat, A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Ratna, S.,dkk. 2003. Dinamika Kelompok. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Emilia, O.,dkk. 2000. Panduan Pelaksanaan Latihan Dinamika Kelompok. Yogyakarta: Tim Pelaksana Inovasi Pendidikan FK UGM
Kozier, B., et al. 1997. Professional Nursing Practice: Concepts and Perspective.3rd edition. California: Addison Wesley Longman

KONSEP BERUBAH

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
Setelah mempelajari bab ini peserta didik mampu:
1. Menjelaskan pengertian berubah dengan tepat & benar
2. Menjelaskan teori-teori perubahan dengan tepat & benar
3. Menjelaskan tingkatan perubahan dengan tepat & benar
4. Menjelaskan respon terhadap suatu perubahan dengan tepat & benar
5. Menjelaskan antisipasi terhadap perubahan dengan tepat & benar
6. Menjelaskan permasalahan perubahan dengan tepat & benar
7. Menjelaskan tingkatan perencana & pelaksana perubahan dengan tepat & benar
8. Menjelaskan strategi perubahan dengan tepat & benar
9. Menjelaskan perawat sebagai pembaharu dengan tepat & benar
10. Menjelaskan langkah strategi dalam menghadapi trend issue perubahan keperawatan di masa depan


1. PENDAHULUAN
Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implisit dan eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk merubah orang lain dan memecahkan masalah.Keperawatan yang sedang berada pada proses profesionalisasi terus berusaha membuat atau merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan telah menjadi persyaratan kerja dalam keperawatan. Personal keperawatan bekerja untuk beberapa pimpinan, termasuk klien dan keluarganya, dokter, manajer keperawatan, perawat pengawas dan perawat penanggung jawab yang berbeda dalam tiap ship. Perawat pelaksana menemukan peran bahwa mereka berubah beberapa kali dalam satu hari. Kadang seorang perawat menjadi manajer, kadang menjadi perawat klinik, kadang menjadi konsultan dan selalu dalam peran yang berbeda. Sebagai perawat pelaksana maupun sebagai manajer keperawatan kita perlu membuat perubahan untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat tentu saja berharap perubahan tersebut jangan sampai menimbulkan konflik. Oleh karena itu, sebaiknya perawat perlu mengetahui teori-teori yang mendasari perubahan.

2. PENGERTIAN
Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :
1. Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)
2. Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau
institusi (Brooten,1978)
3. TEORI – TEORI PERUBAHAN
Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
1. Ada perubahan yang akan dilakukan
2. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
3. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
4. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
1. Diagnosis
2. Penetapan objektif bersama
3. Penekanan kelompok
4. Informasi maksimal
5. Diskusi tentang pelaksanaan
6. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-orang yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga diharapkan mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.

Teori Lewin
Lewin mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :
1. Tahap Unfreezing
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem. Tugas perawat pada tahap ini adalah mengidentifikasi masalah dan memilih jalan keluar yang terbaik.
2. Tahap Moving
Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
3. Tahap Refreezing
Setelah memiliki dukungan dan alternatif pemecahan masalah perubahan diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari sistem nilai yang dianut. Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan.

Teori Lippitt
Teori ini merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt mengungkapkan tujuh hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan yaitu :
1. Mendiagnosis masalah
Mengidentifikasi semua faktor yang mungkin mendukung atau menghambat perubahan
2. Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah
Mencoba mencari pemecahan masalah
3. Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agen
Mencari dukungan baik internal maupun eksternal atau secara interpersonal, organisasional maupun berdasarkan pengalaman
4. Menyeleksi objektif akhir perubahan
Menyusun semua hasil yang di dapat untuk membuat perencanaan
5. Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah
Pada tahap ini sering terjadi konflik teruatama yang berhubungan dengan masalah personal.
6. Mempertahankan perubahan
Perubahan diperluas, mungkin membutuhkan struktur kekuatan untuk mempertahankannya.
7. Mengakhiri hubungan saling membantu
Perawat sebagai agen berubah, mulai mengundurkan diri dengan harapan orang-orang atau situasi yang diubah sudah dapat mandiri.

Teori Rogers
Teori Rogers tergantung pada lima faktor yaitu :
1. Perubahan harus mempunyai keuntungan yang berhubungan
Menjadi lebih baik dari metodeyang sudah ada
2. Perubahan harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada
Tidak bertentangan
3. Kompleksitas
Ide-ide yang lebih komplek bisa saja lebih baik dari ide yang sederhana asalkan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4. Dapat dibagi
Perubahan dapat dilaksanakan dalam skala yang kecil.
5. Dapat dikomunikasikan
Semakin mudah perubahan digunakan maka semakin mudah perubahan disebarkan.

Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
1. Membangun suatu hubungan
2. Mendiagnosis masalah
3. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
4. Memilih jalan keluar
5. Meningkatkan penerimaan
6. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri

Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley
1. Mengenali gejala
2. Mendiagnosis masalah
3. Menganalisa jalan keluar
4. Memilih perubahan
5. Merencanakan perubahan
6. Melaksanakan perbahan
7. Mengevaluasi perubahan
8. Menstabilkan perubahan
4. TINGKATAN PERUBAHAN
Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya,
maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
Hersey dan Blanchard (1977) menyebutkan dan mendiskusikan empat tingkatan perubahan.
Perubahan pertama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen.
Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan.
Tingkat kesulitan berikutnya adalah perilaku individu. Misalnya seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa keperawatan primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan keperawatan lainnya, tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena berbagai alasan, misalnya merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
Perilaku kelompok merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan banyak orang . Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga harus mencoba mengubah kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga sangat sulit.
Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. Perubahan Partisipatif akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berprilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif. Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang terjadi tertanam secara instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.
Perubahan diarahkan atau paksaan Bertolak belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan tengatng aarah dan perilaku untuk system dari masalah : aktualnya seluruh organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun dan anak buah diharapkan untuk memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. Jenis perubahan ini bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk menerapkannya.

5. RESPON TERHADAP SUATU PERUBAHAN
Bagi sebagian individu perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator dalam meningkatkan prestasi atau penghargaan. Tapi kadang-kadang perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini didapat. apakah seseorang memandang perubahan sebagai suatu hal yang penting atau negatif. Umumnya dalam perubahan sering muncul resistensi atau adanya penolakan terhadap perubahan dalam berbagai tingkat dari orang yang mengalami perubahan tersebut.
Menolak perubahan atau mempertahankan status quo ketika berusaha melakukan perubahan, bisa saja terjadi. Karena perubahan bisa merupakan sumber stress. Oleh karenanya timbullah perilaku tersebut. Penolakan sering didasarkan pada ancaman terhadap keamanan dari individu, karena perubahan akan mengubah perilaku yang ada. Jika perubahan menggunakan pendekatan pemecahan masalah maka harus diberitahukan mengenai dampak yang mungkin timbul akibat perubahan. Faktor-faktor yang akan merangsang penolakan terhadap perubahan misalnya, kebiasaan, kepuasan akan diri sendiri dan ketakutan yang melibatkan ego. Orang-orang biasanya takut berubah karena kurangnya pengetahuan, prasangka yang dihubungkan dengan pengalaman dan paparan dengan orang lain serta ketakutan pada perlunya usaha yang lebih besar untuk menghadapi kesulitan yang lebih tinggi. Perubahan memang menuntut investasi waktu dan usaha untuk belajar kembali. Bila keperawatan yang sekarang berada pada proses profesionalisasi untuk menjadi sebuah profesi yang mandiri takut atau tidak siap dengan perubahan dan dampak yang mungkin ditimbulkannya, bagaimana profesionalisasi itu akan terjadi ?
Beberapa contoh ketakutan yang mungkin dialami seseorang dalam suatu perubahan antara lain :
a. Takut karena tidak tahu
b. Takut karena kehilangan kemampuan, keterampilan atau keahlian yang terkait dengan pekerjaannya
c. Takut karena kehilangan kepercayaan / kedudukan
d. Takut karena kehilangan imbalan
e. Takut karena kehilangan penghargaan,dukungan dan perhatian orang lain.

6. ANTISIPASI TERHADAP PERUBAHAN
a. Penataan pendidikan keperawatan
b. Penataan pelayanan kesehatan/asuhan keperawatan
c. Penataan lingkungan yang kondusif utk perkembangan kprwtn
d. Pembinaan kehidupan keprofesian

7. PERMASALAHAN PERUBAHAN
Faktor-faktor yang menyebabkan masih rendahnya peran perawat dalam manajemen keperawatan, menurut Azrul Azwar 1999 :
a. Peran perawat profesional yang tidak optimal
b. Terlambatnya pengakuan Body of Knowledge profesi keperawatan
c. Terlambatnya perkembangan pendidikan keperawatan profesional.
d. Terlambatnya perkembangan sistem pelayanan/asuhan keperawatan professional

8. PERENCAAN DAN PELAKSANAAN PERUBAHAN
Menurut Kron dalam Kozier (1998) untuk merencanakan dan mengimplementasikan perubahan disarankan 7 (tujuh) pertanyaan yang harus dijawab.
a. Apa ?
Apa masalah yang spesifik dan perubahan apa yang direncanakan
b. Mengapa ?
Mengapa perubahan tersebut diperlukan ? Apakah situasi yang baru akan lebih baik ?
Apa yang dirubah ? Apa yang di dapat ?
c. Siapa ?
Siapa yang akan terlibat dan siapa yang menjadi sasaran / target perubahan ?
d. Bagaimana ?
Bagaimana perbahan tersebut dilaksanakan ?
e. Kapan ?
Rencanakan waktu perencanaan dan pelaksanannya
f. Dimana ?
Dimana perubahan tersebut akan dilaksanakan ?
g. Mungkinkah ?
Mungkinkah perubahan tersebut dapat dilaksanakan ? Apakah sumber-sumber yang ada mendukung atau menolak ?

9. STRATEGI PERUBAHAN
Ada beberapa strategi untuk memecahkan masalah-masalah dalam perubahan , strategi tersebut antara lain yaitu :
a. Strategi Persahabatan
Penekanan didasarkan pada kebersamaan dalam kelompok, dengan cara mengenal kelompok, membangun ikatan sosial, diantara anggotanya. Strategi ini cocok diterapkan pada anak buah yang membutuhkan rasa sosial yang tinggi. Model ini cocok diterapkan pada kondisi pertimbangan tinggi dan struktur rendah.
b. Strategi Politis
Hal ini identik dengan struktur kekuasaan formal dan informal. Setelah struktur ini di identifikasi , baru dilakukan beberapa upaya untuk mempengaruhi mereka yang berada pada kekuasaan. Anggapan dasar strategi ini adalah sesuatu akan dicapai bila orang-orang yang berpengaruh dalam sebuah sistem mau melakukannya.
c. Strategi Ekonomis
Tekanannya pada bagaimana mengendalikan materi. Dengan sumber daya materi, apaun dan siapapun dapat membeli / menjual. Pelibatan hal ini kedalam kelompok sering didasarkan pada pemilikan atau pengendalian sumber-sumber daya yang dapat di jual.
d. Strategi Akademis
Strategi ini menekankan pada pengetahuan dan pendalaman pengetahuan yang merupakan pengaruh primer. Anggapan dasarnya adalah logis dan rasional,objektif : bahwa keputusan yang didasarkan pada apa yang dianjurkan oleh penelitian adalah jalan terbaik untuk diikuti. Strategi ini tidak mementingkan emosi. Jika mengusulkan cara maka pemimpin dapat mencari studi penelitian yang mendukung tujuannya.
e. Strategi Teknis
Metoda ini tepat bagi orang-orang yang mengabaikan subjek-subjek dengan memperhatikan lingkungannya. Ini merupakan salah satu pendekatan sosiologis dengan anggapan dasar bahwa lingkungan disekelilingnya berubah.
f. Strategi Militer
Metode ini berdasarkan pada kekuatan fisik dan ancaman yang nyata. Posisi /kekuasaan digunakan juga dalam bentuk dan ancaman, bila keinginan pimpinan tidak dipatuhi. Ini merupakan strategi struktur tingkat tinggi.
g. Strategi Konfrontasi
Pendekatan ini menimbulkan konflik non kekerasan dan non fisik diantara orang. Dengan melakukan ini, seorang pemimpin mendesak orang untuk mendengar dan melihat apa yang terjadi selanjutnya akan terjadi perubahan. Orang sering terbagi kedalam kelompok atau geng sebagai akibat strategi ini. Bila kelompok merasa bahwa mereka tidak akan atau tidak dapat didengar dengan suatu cara, maka strategi ini sering dipilih. Pemogokan kerja adalah salah satu contohnya.

10. PERAWAT SEBAGAI PEMBAHARU
Menurut Oslan dalam Kozier (1991) mengatakan perawat sebagai pembaharu harus menyadari kebutuhan sosial, berorientasi pada masyarakat dan kompeten dalam hubungan interpersonal. Pembaharu juga perlu memahami sikap dan perilakunya, bagaimana ia menjalin kerjasama dengan orang lain dan bagaimana perasaannya terhadap perubahan tersebut.
Maukseh dan Miller dalam Kozier menyebutkan karakteristik seorang pembaharu adalah :
a. Dapat mengatasi/ menaggung resiko. Hal ini berhubungan dengan dampak yang mungkin muncul akibat perubahan.
b. Komitmen akan keberhasilan perubahan. Pembaharu harus menyadari dan menilai kefektifannya
c. Mempunyai pengetahuan yang luas tentang keperawatan termasuk hasil-hasil riset dan data-data ilmu dasar, menguasai praktik keperawatan dan mempunyai keterampilan teknik dan interpersonal.
Fungsi pembaharu sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam proses berubah, agar efektif seorang pembaharu sebaiknya :
a. Mudah ditemui oleh mereka yang terlibat dalam proses berubah
b. Dapat diercaya oleh mereka yang terlibat
c. Jujur dan tegas dalam menetapkan tujuan, perencanaan dan dalam mengatasi masalah
d. Selalu melihat tujuan dengan jelas
e. Mmenetapkan tanggung jawab dari mereka yang terlibat
f. Menjadi pendengar yang baik.

11. LANKAH STRATEGIK DALAM MENGHADAPI TREND-ISSUE PERUBAHAN KEPERAWATAN DI MASA DEPAN
a. Peningkatan Pendidikan Bagi Perawat “Practicioners”
b. Pengembangan Ilmu Keperawatan
c. Perubahan Paradigma dan Lingkup Riset Keperawatan








DAFTAR PUSTAKA
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin, 2001, Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM, EGC, Jakarta.
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati, 2000, Pengantar kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis,EGC, Jakarta.
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly.,1998, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman, EGC,Jakarta.
…………..Manajemen Bidang Keperawatan, 2000, Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus,Jakarta.
Kozier, Fundamental of Nursing, 1991,Concept, Process, and Practice,Addison Wesley,Publishing company,Inc.
Arifianto,2008, Konsep Berubah, dafid-pekajangan.blogspot.com

Kamis, 21 Oktober 2010

MODEL KONSEP KEPERAWATAN







AWAL PERKEMBANGAN PERAWATAN
Pada awal kelahiranya keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan comunitas dan pembentukanya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan melindungi keluarga (Donahue,1995). keperawatan lahir atas bentuk keinginan untuk menjaga seseorang agar tetap nyaman dan sehat, pelayanan dan keamanan serta keamanan bagi orang yang sakit. (Potter,2005)
Peran perawat pada awalnya dilakukan oleh Deakonia, dibawah perintah gereja. Oleh karena itulah keperawatan pada kelahiranya di kenal dengan adanya biara wati yang datang kerumah-rumah warga yang sakit. dari sanalah nilai inti keperawatan ditumbuhkan. sebuah bentuk pengabdian secara tulus dari orang-orang yang peduli terhadap kesehatan orang-orang disekitarnya yang membutuhkan pertolongan.
Seiring perkembanganya keperawatan telah berhasil dalam memisahkan disiplin ilmunya dengan disiplin ilmu kedokteran. dalam membedakan disiplin para ahli dibidang keperawatan telah menyusun landasan-landasan pengetahuan keperawatan yang mampu dibedakan dari landasan pengetahuan disiplin lainya. salah satu cara ialah dengan membuat teori-teori keperawan yang akan menjadi Frame work perawat dalam menjalankan tugasnya.
Keperawatan modern yang lahir setelah melewati perubahan-perubahan yang fundamental dari keseluruhan proses yang panjang menghadirkan pendangan baru dalam proses keperawatan. dalam keperawatan modern, keperawatan bukan hanya sebuah ilmu terapan, melainkan juga sebuah seni, aktivitas tindangan yang berdasarkan ilmu yang diberikan dengan menghadirkan nilai-nilai keindahan (seni) yang mencakup aktivitas, konsep, ilmu social, dan fisik dasar,etika, dan isu-isu keperawatan, serta ilmu-ilmu yang mendukung dalam proses keperawatan.
Karena banyaknya keragaman dalam keperawatan , perawat perlu memiliki filosopi dan teori-teori praktik keperawatan untuk membentuk arah pengembangan profesi dimasa yang akan datang. keperawatan pada abad 21 telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan ini ikut serta dalam pembentukan paradigma keperawatan. Perubahan ini pula mengharuskan adanya perubahan peran, perubahan system, dan perubhan dalam pelayanan kesehatan yang mampu menjawab tangtangan terhadap keperawatan.
Dalam perkembanganya pendidikan keperawatan, maka praktik perawatan juga mengalami perubahan. pada awal tahun 1900an spesialisasi keperawatan juga dikembangan. Tepatnya pada thun 1920 dimulai dengan spesialisasi keperawatan bidan, yang kemudian diikuti dengan dibentuknya Asosiasi of Operating room Nurses pada 1950, American Association of Clinical Care Nurses (1969 dan ongkology nursing Society (1975)
PERKEMBANGAN TEORI KEPERAWATAN
Teori keperawatan pada mulanya dalam bentuk Filosopi yang dikenalkan oleh Nightingale. Pandangan nightingale terhadap keperawatan dimana dia menurunkan keperawatam dari filosofi spiritual yang berkembang dalam masa remaja dan ketika dia dewasa (Macrae, 1995). bentuk kepedulianya ialah keseriusanya dalam analisis statistic yang mengaitkan sanitasi yang buruk dengan terjadinya kolera dan disentri. Ia memandang keperawatan sebagai suatu jalan untuk mencari kebenaran dalam mendapatkan jawaban atas pertanyaan masalah kesehatan dan menggunakan hukum penyembuhan tuhan tuhan dalam praktik keperawatan (Macrae, 1995)
Teori-teori yang berkembang ialah hasil dari pengembangan atau penggabunagn konsef dan pernyataan yang berfokus pada kejadian dan fenomena dari suatu disiplin. Teori mempunyai konstribusi pada pembentukan dasar praktik keperawtan (Chinn dan Jacobs, 1995). Perkembangan ilmu ini mencangkup pengetahuan umum, penetahuan ini dapat diintegrasikan dengan disiplin ilmu yang lain. kesatuan ilmu tadi membuat sebuah konsep dasar tentang sebuah permasalahan yang sedang dikaji sehingga melahirkan sebuah teori keperawatan.
Pada perkembanganya teori keperawatan yang dipelajari dalam lingkungan akademik yang terpisah dari kegiatan praktik keperawatan. Akan tetapi terus terjadi perubahan kontemporer yang mengacu praktik keperawatan berdasarkan ilmu pengetahuan (Donaldson, 1995). Diharapkan proses keperawatan akan memiliki model yang mampu menghantarkan keperawatan lebih berkualitas yang dilakukan oleh para Profesional.
Karena keperawatan terus berkembang, perwat membuat sebuah hipótesis-hipotesis tentang praktik keperawatan, prinsip yang paling mendasari praktik keperawatan dan tujuan serta fungsi yang sesuai dengan keperawatan di masyarakat. Model konsep serta teori keperawatan digunakan untuk memberikan pengetahuan untuk meningkatkan praktik, penuntun penelitian dan kurikulum, serta mengidentifikasikan bidang dan tujuan dari praktik keperawatan. teori keperawatan menuntun para perawat dengan memberikan tujuan pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervenís, landasan berkomunikasidan nilai-nilai etika, akuntabilitas profesional. teori-teori tersebut juga digunakan sebafgai arah dalam melakukan peneltian, praktik, pendidikan, dan administrasi keperawatan.(Meleis, 1985)
Dalam semua aktivitas menuju pemandirian disiplin ilmu, keperwatan telah mengembangkan sebuah konsep dasar yang mencoba menunjukan perbedaan yang benar-benar nyata dengan disiplin kedokteran. Keperawatan yang dirintis pertamakali oleh Nightingale telah membawa semangat bahwa keperawatan yang merupakan sebuah profesi yang membutuhkan pengetahuan yang berbeda dengan disiplin ilmu yang lain, seperti kedokteran. Oleh karena itulah, dalam keperawatan dikenal kiat-kiat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan pengetahuan.

1. MODEL KONSEP DOROTHEA OREM
PENDAHULUAN
Dalam Teori keperawatan bila kita perhatiakan, kesemuanya teori tersebut akan berorientasi pada satu bidang cakupan dalam keperawatan. misalkan Nightingale menyoroti masalah lingkungan, henderson lebih pada pemenuhan kebutuhan dasarnya, selain itu ada juga teori yang berorientasi pada otimalisasi peran klian dalam proses penyembuhanya. kesemua teori tersebut bersinergi dalam membentuk suatu sistem yang holistik dengan penjelaan masalah yang detail. Sehingga mampu memberikan konstribusi dalam memberikan arah asuhan.
Salah satu teori yang tekenal dengan pemandirian klien adalah Dorotea Orem (1971). Orem yang terkenal dengan Self-Care Dependent-Care Nursing. dalam pandangan orem bahwa setiap orang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Tapi pada situasi tertentu kemampuan itu tidak bisa tampil, dista inilah teori orem akan menjelaskan bahwa, kebutuhan manusia apapun kondisinya ahíla sama, tergantung bagaimana individunya memenuhi kebuthan itu. bila kebutuhanya terpenuhi dengan baik maka tidak akan ditemukan masalah, berbeda dengan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhanya makan akan mengalami deficiet.
Orem dengan tegas mencoba mengoptimalkan kemampuan alami setiap klien dalam memenuhi kebutuhanya. peran perawat dalam teori merupakan sebagai agen yang mampu membantu klien dalam mengembalikan peranya sebagai self care agency. Sisitem yang di bagun dari tiga teori utama ini mampu menghasilkan kolaborasi pelayanan keperawatan yang unik. tidak hanya dari prosesnya, tapi juga dari hasilnya akan mampu membuat klien mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya.
Teori ini mampu memberikan tentang bentuk asuhan yang harus diberikan pada klien pada keadaan tertentu. antara klien dan perawat harus memiliki pemahaman tentang pendangan self-care. Proses yang lebih bertumpu pada pelayanan terapeutik yang mandiri dengan melibatkan setiap individu agar mampu melkuanya secara mandiri.
self-care deficit nursing theory of nursing, calculation of therapeutic self-care demand (TSCD) is avital step in which theclient care needs are specified. Both clients and nurses need to have an understanding of this prescription for (or dependent care). The process of determining therapeutic self-care demand involves the formulation of actionoriented statements that particularize the individualized type and amount of self-care action needed for persons. Particularized self-care requisite (PSCR) statements are developed with a focus on individualized and desired care activities to meet known needs for self-care or dependent care (Orem, 2001, p.250).
MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN DOROTHEA OREM
A. Riwayat Dorothea Orem
Dorothea Orem lahir di Baltimore, Maryland pada tahun 1914. Beliau wafat pada tanggal 22 Juli 2007 di Skidaway. Selama hidupnya, beliau pernah mengikuti pendidikan Diploma (1903), kemudian meanjutkan pendidikannya di Providence School of Nursing di Washington DC dan mendapatkan gelar B.S.NE, kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di Catholic University of America di Washington DC dan mendapatkan gelar M.S.NE.

B. Model Konsep Keperawatan Orem
Model Keperawatan menurut Orem dikenal dengan Model Self Care. Model Self Care ini memberi pengertian bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Model keperawatan ini berkembang sejak tahun 1959-2001.
Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas keampuan. Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang terdiri dari:
a. Air (udara): pemelihraan dalam pengambian udara.
b. Water (air): pemeliaraan pengambilan air
c. Food (makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
d. Elimination (eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
e. Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
f. Solitude and Social Interaction ( kesendirian dan interaksi sosial): pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial.
g. Hazard Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat .
h. Promotion of Normality

C. Teori Keperawatan Orem
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperwatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di antaranya:
a. Perawatan Diri Sendiri (Self Care)
Teori Self Care meliputi:
a) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
b) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
c) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
d) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Reuisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
c. Teori Sistem Keperawatan
Teori Siste Keperawatan merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri. Dalam pandangan sistem ini, Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya:
a) Sistem Bantuan Secara Penuh (Wholly Copensatory System ). Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidamampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pngontrolan, dan ambulansi serta adanya manipulasi gerakan. Contoh: pemberian bantuan pada pasien koma.
b) Sistem Bntuan Sebagian (Partially Compensatory System). Merupakan siste dalam pemberian perawatan diri sendiri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal. Contoh: perawatan pada pasien post operasi abdomen di mana pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan luka.
c) Sistem Supportif dan Edukatif. Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agara pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran. Contoh: pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang memelukan informasi pada pengaturan kelahiran.

Metode Bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan sistem dan melalui lima metode bantuan yang meliputi
a. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
b. Mengajarkan klien
c. Mengarahkan klien
d. Mensupport klien
e. Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.

2. MODEL KONSEP FLORENCE NIGHTINGALE
MODEL KONSEP
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c. Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
HUBUNGAN TEORI FLORENCE NIGHTINGALE DENGAN BEBERAPA KONSEP
a. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
a) Individu / manusia
Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.
b) Keperawatan
Berrtujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
c) Sehat / sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
d) Masyarakaat / lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara dan cahaya.
b. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
a) Pengkajian / pengumpulan data
Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikhis dan sosial).
b) Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
c) Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
1. Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
2. Ventilasi
3. Pembuangan sampah
4. Pencemaran lingkungan
5. Komunikasi sosial, dll
d) Diagnosa keperawatan
Berrbagai maslah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
1. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
2. Penyesuaian terhadap lingkungan.
3. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
4. Inplementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan individu.
5. Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.

HUBUNGAN TEORI FLORENCEN NIGHTINGALE DENGAN TEORI-TEORI LAIN :
a. Teori adaptasi
Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
b. Teori kebutuhan
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhanlingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
c. Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalamlingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.







3. MODEL KONSEPTUAL CALISTA ROY
a. Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

b. Definisi Dan Konsep Mayor
Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
e. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di lingkungan social.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

c. Model Konseptual Adaptasi Roy
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah :
a. Manusia
b. Lingkungan
c. Kesehatan
d. keperawatan.
Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi.
a Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Manusia
a) Manusia didefinisikan sebagai penerima asuhan keperawatan. Manusia sebagai sistem hidup yang berada dalam interaksi yang konstan dengan lingkungan ditandai oleh perubahan-perubahan internal maupun eksternal
b) Perubahan-perubahan tersebut mengharuskan manusia mempertahankan integritasnya, yaitu adaptasi terus menerus
c) Roy mengidentifikasikan unit sebagai stimulus. Stimulus adalah unit dari
d) informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai respon.
e) seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus manusia yang dapat mengadaptasi responnya dengan usaha yang wajar.
f) Tingkat adaptasi dan sistem manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan individu dan pemakaian dari mekanisme koping
g) Roy mengkategorikan hasil sistem sebagai respon adaptif dan inefektif
h) Respon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas manusia yaitu semua tingkah laku yang tampak ketika manusia dapat mengerti tentang tujuan hidup, tumbuh, produksi dan kekuasaan
i) Respon inefektif tidak mendukung tujuan tersebut
j) Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses pengendalian manusia sebagai sistem adaptasi

Diagram respon adaptasi
PROSES
a. Koping
b. Mekanisme regulator dan kognator


INPUT
a. Stimulus
b. Tingkat adaptasi


OUTPUT
a. Adaptasi
b. Respon inefekti


Efektor dijelaskan oleh Roy sebagai berikut :
a. Model adaptasi fisiologi
Model adaptasi fisiologi terdiri dari :
a) Oksigenasi
b) Nutrisi
c) Eliminasi
d) Aktifitas dan istirahat
e) Sensori
f) Cairan dan elektrolit
g) Integritas kulit
h) Fungsi saraf
i) Fungsi endokrin
b. Konsep diri
Merujuk pada nilai, kepercayaan, emosi, cita-cita serta perhatian yang diberikan untuk mengatasi keadaan fisik tersebut
Fungsi peran
Menggambarkan hubungan interaksi perorangan dengan orang lain yang tercermin pada peran pertama, kedua dan seterusnya.
c. Model ketergantungan
Mengidentifikasi nilai manusia, cinta dan keseriusan. Proses ini terjadi dalam hubungan manusia dengan individu dan kelompok.
b LINGKUNGAN
Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusus yaitu semua keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta tingkah laku individu dan kelompok
c KESEHATAN
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang digabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan memimpin
d KEPERAWATAN
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai peningkatan dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik fokal, konstektual maupun residual
Aktivitas perawatan direncanakan model sebagai peningkatan respon adaptasi atas situasi sehat atau sakit. Sebagai batasan adalah pendekatan yang merupakan aksi perawat untuk memanipulasi stimuli fokal, konstektual dan residual yang menyimpang pada manusia. Rangsang fokal dapat diubah dan perawat dapat meningkatkan respon adaptasi dengan memanipulasi rangsangan konstektual dan residual. Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang tidak efektif pada rangsang yang sama pada keadaan tertentu.
Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat regulator kognator dan mekanisme koping.

4. MODEL KONSEP PEPLAU
a. Riwayat Peplau
Hildegard E. Peplau, PhD, RN, FAAN, yang dikenal sebagai “jiwa ibu menyusui,” meninggal di usia 89 tahun pada tanggal 17 Maret 1999. The only nurse to serve the ANA as executive director and later as president, she served two terms on the Board of the International Council of Nurses (ICN). Satu-satunya perawat untuk melayani ANA sebagai direktur eksekutif dan kemudian sebagai presiden, ia menjabat dua istilah di Dewan International Council of Nurses (ICN). In 1997, she received nursing’s highest honor, the Christiane Reimann Prize, at the ICN Quadrennial Congress. Pada tahun 1997, ia menerima kehormatan tertinggi keperawatan, yang Christiane Reimann Prize, pada Kongres ICN yg berlangsung empat tahun. In 1996, the American Academy of Nursing honored Peplau as a “Living Legend,” and, in 1998, the ANA inducted her into its Hall of Fame. (Extract from the “Peplau leaves legacy of achievement” article below – Nursing World May 1999) Pada tahun 1996, American Academy of Nursing Peplau dihormati sebagai “Legenda Hidup”, dan, pada tahun 1998, ANA dilantik-nya ke dalam Hall of Fame. (Kutipan dari “warisan daun Peplau prestasi” artikel di bawah ini – Keperawatan Dunia Mei 1999 )
Hildegard Peplau’s fifty-year career in nursing left an indelible stamp on the profession of nursing, and on the lives of the mentally ill in the United States. Hildegard Peplau lima puluh tahun karirnya di panti kiri cap yang tak terhapuskan pada profesi keperawatan, dan pada kehidupan para sakit jiwa di Amerika Serikat. She wore many hats – founder of modern psychiatric nursing, innovative educator, advocate for the mentally ill, proponent of advanced education for nurses, Executive Director and then President of the American Nurses Association, and prolific author. Dia mengenakan banyak topi – pendiri keperawatan jiwa modern, inovatif pendidik, advokat bagi penderita penyakit mental, pendukung pendidikan lanjutan untuk perawat, Direktur Eksekutif dan kemudian Presiden American Nurses Association, dan penulis produktif. Her life was often marked with controversy, which she faced with courage and determination. Hidupnya sering ditandai dengan kontroversi, yang dia dihadapkan dengan keberanian dan tekad.

b. Konsep Peplau
Keperawatan adalah suatu hasil proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia).
Pendidikan atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan gerakan yang progresif dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun, menghasilkan pribadi dan cara hidup bermasyarakat.Hubungan interpersonal yang merupakan factor utama model keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap 4 konsep utama yaitu :
a. Manusia : individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal.
b. Masyarakat/lingkungan : budaya dan adapt istiadat merupakan factor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan.
c. Kesehatan : didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang berkesinambungan kea rah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif.
d. Keperawatan : dipandang sebagai proses interpersonal yang bermakna. Proses interpersonal merupakan materina force dan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami klien dan mencapai resolusi masalah.

Suatu model dapat diuraikan secara rinci kebutuhan utama/primer :
a. Tujuan asuhan keperawatan : Kepribadian yang berkembang melalui hubungan interpersonal mendidik dalam pemenuhan kebutuhan klien.
b. Klien : System dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.
c. Peran nurse : Nurse berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai orang asing, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
d. Sumber kesulitan : Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan psikologik dan biologic individu.
e. Focus intervensi : Ansietas yang disebabkan oleh hubungan interpersonal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian .
4 komponen sentral yaitu proses interpersonal, perawat, pasien dan ansietas.
Cara intervensi Proses interpersonal terdiri dari 4 fase yaitu :
a. Fase orientasi : Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif dalam pemberian askep pada klien.
b. Fase identifikasi : Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan askep yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien.
Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
a) Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat
b) Individu mandiri terpisah dari perawat
c) Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat. dimana
c. Fase Eksplorasi : Memungkinkan suatu situasi pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal
d. Fase resolusi : Secara bertahap klien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi kearah realisasi potensi.
Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana perawat membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang saling tergantung dalam lingkungan sosial.
Perawat mempunyai 6 peran :
a. Sebagai orang yang asing
Berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada klien. Perawat menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan pada suatu sistem baru
b. Nara sumber
Perawat memberikan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah yang lebih luas dan selanjutnya mengharap pada area permasalahan yang memerlukan bantuan
c. Pendidik
Mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga merangsang individu untuk berperan serta aktif dalam mengarahkan asuhan
d. Pengasuh pengganti
Membantu individu belajar tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal
e. Konselor
Meningkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif.